"Ya aku memilihmu karena kau mencintaiku!" kataku sambil mengusap air mata di pipiku.
"Ya!" sahut Niko pendek sambil menatapku.
"Kau tahu saat itu bukan hanya kamu yang ada dalam hidupku. Dan kau menerima. Saat itu aku memilih suami. Bukan memilih pacar. Dan kau menerima!" kataku sambil memeluk bantal.
Niko terdiam duduk di pojok tempat tidurku sambil menatap televisi.
"Kita tumbuh menjadi semakin besar. Lalu kita berkembang menjadi besar dan besar. Kini kita sampai memiliki kemampuan hampir mampu membeli apapun yang mungkin secara wajar. Aku sabar dan aku memahami dan mengerti. Namun aku mulai sadari sejak kita hidup bersama ada hal yang tak beres dengan hubungan kita!" kataku panjang lebar.
"Apa itu?"
"Aku mencoba menolak kecurigaan aku. Aku bunuh logikaku. Sejak awal kau selalu mesra dan lembut padaku. Kau tak pernah berubah menjadi dingin. Kau pun selalu menyentuhku. Ingat, Aku memahami itu.
Mungkin karena aku juga sibuk." jelasku lebih lanjut.
"Nah, kamu kan tahu kau sibuk untuk Nikolay dan Nina!' sahutnya menjelaskan.
"Ya. Aku paham. Tapi yang kau lakukan sudah keterlaluan. Aku belum pernah melihat lelaki seperti kamu.
Selama sepuluh tahun kamu hanya menggauli aku satu kali. Bagaimana mungkin dalam seminggu kamu pasti ke rumah lebih dari lima kali dan pulang ke rumah kamu yang lain selalu di atas pukul 01.30," kataku sambil menangis dengan suara tertahan.