Bel pintu gerbang di rumahku berbunyi. Tampak di CCTV sebuah mobil yang aku kenali. Aku tak perlu tengok dan beranjak. Aku buka dengan remote control. Itu tanda Niko datang. Jam menunjukkan pukul 17:30. Jam rutin para pemilik istri muda menengok istri muda atau istri simpanan mereka.
"Niko, aku mau bicara!" kataku manja begitu dia memasuki kamarku.
Niko menengok dan berjalan menghampiriku. Biasanya aku tak begini. Namun kini aku harus berbicara kepadanya. Ini adalah tahun ke-10 sejak aku hidup dengannya. Pernikahan yang di luar sepengetahuan orang selain penghulu. Di lingkungan temanku aku tampak seperti Chinderela dan Pangeran Cinta. Gemerlap hidup yang aku jalani bagaikan cerita yang sempurna.
Tak seperti teman-temanku yang membuat aku iri. Sampai saat ini aku belum memiliki anak. Temanku, Emma memiliki cerita berbeda. Emma yang sejak tahun pertama dia menikah, lahirlah bayi yang sangat lucu dia beri nama Shany mengambil nama seorang penyanyi Amerika Shania Twain. Shany sekarang menjadi gadis remaja yang sangat cantik - mengambil gen Papanya dan Emma. Shany sejak kecil telah menampakkan bakat yang luar biasa. Dia sangat cerdas, bahkan dia ikut kelas akselerasi dengan prestasi tinggi.
Itu membuat aku iri. Untuk melampiaskan aktivitasku, aku mulai memelihara harimau Sumatera. Warna belang-belang nan menawan sangat aku sukai. Setiap hari aku mengurus harimau yang aku beri nama Nikolay - mengambil nama Nikolay Kruschev yang aku banggakan. Nikolay aku beli dari pasar gelap di Pasar Pramuka dengan harga Rp 50,000,000, ketika ia baru berumur dua bulan.
Nikolay tumbuh menjadi harimau yang cerdas. Yang membanggakan darinya adalah kemampuan logika dan kecerdasan sosialnya. Dia mampu mengenali semua teman-temanku. Bahkan dia mampu membedakan antara pembantuku dan aku. Untuk menemani Nikolay aku membeli seekor lagi harimau perempuan yang aku beri nama Nina - mengambil nama temanku yang jago balet, Nina Koleskovaya.
Kini kedua harimau yang aku anggap sebagai anakkulah yang membuat aku merasa hadir di dunia - selain aktivitas sosialku yang seabrek. Baru tiga tahun belakangan aku keluar rumah beraktivitas sosial. Tujuanku tak lain adalah pelampiasan akan sesuatu yang hilang di rumahku. Semua itu membuat aku bahagia.
Aku merasa hanya sabagai teman hidup Niko. Aku menemani kesepian dia. Dia mencintai aku sepenuhnya. Niko melakukan apapun untuk aku dan anak-anakku, dua ekor harimau itu dan juga diriku untuk semua kebutuhan hidupku yang berasal dari materi.
Saking cintanya dia padaku dan anak-anak - dan itu aku syukuri - adalah Niko selalu memerhatikan kebutuhanku dari mulai gadget terbaru sampai semua kebutuhanku: uang, berlian, tas mewah, mobil mewah. Bahkan Niko pun akan belikan aku semua yang aku pesan ketika dia tugas ke Amerika. Aku sangat syukuri untuk itu.
Dan anak-anakku, dua ekor harimau itu juga menjadi sangat bangga dengan Niko dan juga aku. Mereka dekat dengan kami. Sesuatu yang wajar dalam banyak keluarga kelas atas mapan yang tak kehilangan touch of happy family - sentuhan normal keluarga bahagia.
The touch of happy family terefleksikan dalam berbagai acara kehidupan kami. Kami selalu berlibur ke luar negeri bersama-sama setiap tahun barang sepuluh kali. Bahkan tahun baru 2013 lalu aku dan Niko pergi berkapal pesiar ke Alaska dan Karibia selama 22 hari dengan kapal Carnival Cruise Lines. Itu tak menjadi soal sama sekali karena Niko adalah pengusaha yang sangat mapan di negeri ini. Semua orang tahu siapa Niko dan peran Niko dalam membangun negeri.
"Ya aku memilihmu karena kau mencintaiku!" kataku sambil mengusap air mata di pipiku.
"Ya!" sahut Niko pendek sambil menatapku.
"Kau tahu saat itu bukan hanya kamu yang ada dalam hidupku. Dan kau menerima. Saat itu aku memilih suami. Bukan memilih pacar. Dan kau menerima!" kataku sambil memeluk bantal.
Niko terdiam duduk di pojok tempat tidurku sambil menatap televisi.
"Kita tumbuh menjadi semakin besar. Lalu kita berkembang menjadi besar dan besar. Kini kita sampai memiliki kemampuan hampir mampu membeli apapun yang mungkin secara wajar. Aku sabar dan aku memahami dan mengerti. Namun aku mulai sadari sejak kita hidup bersama ada hal yang tak beres dengan hubungan kita!" kataku panjang lebar.
"Apa itu?"
"Aku mencoba menolak kecurigaan aku. Aku bunuh logikaku. Sejak awal kau selalu mesra dan lembut padaku. Kau tak pernah berubah menjadi dingin. Kau pun selalu menyentuhku. Ingat, Aku memahami itu.
Mungkin karena aku juga sibuk." jelasku lebih lanjut.
"Nah, kamu kan tahu kau sibuk untuk Nikolay dan Nina!' sahutnya menjelaskan.
"Ya. Aku paham. Tapi yang kau lakukan sudah keterlaluan. Aku belum pernah melihat lelaki seperti kamu.
Selama sepuluh tahun kamu hanya menggauli aku satu kali. Bagaimana mungkin dalam seminggu kamu pasti ke rumah lebih dari lima kali dan pulang ke rumah kamu yang lain selalu di atas pukul 01.30," kataku sambil menangis dengan suara tertahan.
"Aku kan mencintaimu secara tulus demi kamu dan anak-anak dan kita menjadi besar seperti ini!" jelasnya.
"Bahkan akhir pekan pun kamu datang! Namun kau biarkan aku kesepian! Tahukah kamu bahwa aku sudah jauh hari sejak bertahun lalu aku memimpikan sentuhan lembutmu . Kata temanku aku harus memiliki lelaki lain selain kamu. Namun aku tak mau."
Aku mulai curiga hubungan kamu dengan Hasan sopirmu selalu kamu pakai dan tak mau ganti. Kamu pun terlalu baik dengan dia. Mana ada gaji sopir sampai 6-7 juta per bulan dan selalu lembur. Pun kamu jarang memakai sopir lain. Jika dia berhalangan kamu pulang ke rumah lebih cepat. Kalian menyimpan rahasia. Bahkan sekarang kau mau mengajak Hasan umroh segala.
Juga aku temukan SMS - padahal aku hampir tak pernah menyentuh Hape kamu - seorang lelaki muda yang meminta kejelasan soal sewa mobil dan cicilan mobil. Padahal kita tak pernah membeli barang kredit apalagi rental mobil.
Juga keteraturan kamu menemui aku membuat aku curiga. Seolah kamu mengatur semuanya menjadi rapi. Itu semua upaya mengalihkan masalah kamu. Aku tak menuduh kamu. Itu fakta yang aku rasakan benar."
"Kamu mulai ngawur!"
"Ya. Mana ada orang lelaki yang bisa tahan selama sepuluh tahun hanya menyentuh selama dua kali. Oke alasanmu capek. Kan kamu bisa tidur di mobil. Kalau kamu tidur di mobil kantidak capek. Tampak kamu selalu kehilangan gairah setiap kamu datang? Kamu tak pernah menyentuhku!"
"Capek, sayang. Itu faktanya!" sahutnya.
"Capek-capek. Kau sebagai pengusaha, boss, setiap hari mampu atur waktu datang ke rumahi. Akhir pekan pun ya. Dan kau mampu. Cuma kamu mengatur waktu untuk membohongiku!"
"Demi usaha kita, Sayang!" kata Niko.
"Kita telah memiliki harta melebihi yang wajar manusia punyai! Harta benda ini justru yang membuat aku tak bahagia sepenuhnya. Kini kebahagiaanku adalah anak-anak, Nikolay dan Nina. Dan, kegiatan arisan dan hura-hura serta kegiatan sosial. Tak terasa aku menjadi bagian dari sosialita; gambaran keindahan hidup plastis - namun kadang ada yang real! Dan aku tengah mencari yang real itu. Cinta!"
"Duh!" keluh Niko.
Sejenak aku terdiam membayangkan kejijikanku pada Niko. Namun aku harus bicara!
"Enggak. Aku temukan SMS kamu mencintai Hasan. HP Hasan sopirmu yang hilang aku temukan di kamar depan. Ternyata itu kamu! Hancur sudah kesabaranku selama ini memahamimu!" kataku sambil menangis.
"Kau..." kata Niko tersekat.
"Dan kau, Niko menjelama menjadi orang lain di rumah ini. Kau suamiku, tapi kau bukan suamiku. Ya kau suamiku yang tak berguna! Gay. Homo. Ini derita tanpa akhirku!" kataku pendek mengakhiri uneg-unegku.
Aku tertidur dalam kesendirian jiwa sambil memikirkan Nikolay, Nina dan seorang lelaki yang tadi mengantar hand phone, Donny.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI