"Jadi cinta tak penting?" tanya Maya lagi.
"Cinta yang benar adalah cinta yang luruh menyatu dalam jiwa!" jelas Ki lebih lanjut.
"Katanya cinta berlangsung di hati?" tanya Maya menyangkal agar paham.
"Ya. Cinta yang ada dalam hati, dan hati itu adalah hati yang melayani jiwa, maka cinta seperti itu akan menghasilkan cinta dalam jiwa pula!" jelas Ki sabar.
"Oh. Iman dan keyakinan juga harusnya dalam jiwa ya?" tanya Maya.
"Iya!"
"Tapi kebanyakan dibilang iman ada di hati. Bahkan ada yang bilang iman di dada!" komentar Maya mencoba lebih dalam.
"Oh. Jadi aku harus membebaskan jiwaku agar aku bahagia. Jiwa manusia aslinya tak bernama. Jiwa tak tersentuh perbuatan manusia. Apapun yang dilakukan manusia atas nama jiwa akan selalu benar dan tak akan pernah salah!" kata Maya.
"Poliandri?" tanya Maya yang poliandri.
"Apa kata jiwamu. Jika jiwamu membenarkan itu maka tak akan ada yang mampu menyalahkan!" sahut Ki.
"Ya makasih. Yang penting tak saling tahu kedua suamiku itu ya!" kata Maya.