Betapa tidak serem melihat pemandangan itu. Laki-laki itu digantung dengan satu utas tali plastik. Dua kakinya diikat dengan tali tadi. Lalu tali itu diikatkan pada seutas tali palstik yang lebih besar yang direntangkan di antara dua pohon besar. Laki-laki berkulit putih bersih itu tidak mengenakan sehelai benang pun. Tubuhnya menjuntai ke bawah. Kedua tangannya juga lepas menggantung di atas rerumputan, sekitar 1 meter dari tanah. Aku sorotkan lampu senter ke tubuh itu. Aku amati dia. Banyak orang mengamati dia.
"Minggir. Saya mau memeriksanya," kataku dengan suara meyakinkan sambil menyibakkan kain yang aku kenakan.
Beberapa orang terlihat bengong melihat pakaianku, tampaknya. Masak ini petugas mau memeriksa dengan pakaian menyerupai sarung. Namun mungkin mereka juga menyadari aku memakai kain karena kedinginan malam. Para petugas kepolisian yang berjaga-jaga juga mengenakan pakaian lengkap dan sweater khas daerah dingin.
Makin aku pandangi laki-laki itu,aku tak tahu siapa dia. Aku masih memiliki data banyak mengenai para buronan. Di komputerku aku simpan ratusan foto-foto para koruptor, baik yang pernah dihukum, maupun yang lolos. Tentu di dalamnya aku punya foto Nazaruddin, Paskah Suzetta, Aulia Pohan, Imba, Bahasyah, Dhana, Gayus, Sjamsul Nursalim, dan banyak yang lainnya.
Foto-foto pelacur Negara, perempuan setan, perempuan laknat alias perempuan koruptor juga ada banyak Nunun Nurbaeti, Angelina Sondakh, Wa Ode Nurhayati, Ayin, Kartini Marpaung, Miranda S Goeltom, Imas Diana Sari, dan banyak lagi yang lainnya. Ah, jadi tiba-tiba teringat artikel politik di Kompasiana yang banyak ditulis oleh Dewa Gilang. Penulis senior Kompasiana yang khusus untuk membenarkan banyak tulisan. Teknik cerdas Kompasiana. Seperti lagu 135 juta Rhoma Irama hahahah ....dan banyak lagi yang lainnya yang jutsru penyanyinya sekarang pembawa ajaran sesat SARA. Ah ngaco saja ini pikiranku. Campur aduk nggak karuan di depan mayat lelaki tergantung.
Aku melangkah lebih dekat. Aku melompati garis batas polisi di TKP. Aku amati laki-laki itu. Perempuan cantik itu tetap menggandeng tanganku tak mau lepas sedetikpun dariku. Aku suka itu. Karena aku memang selalu katakan padanya bahwa aku datang untuk kebahagiaannya. Tak ada yang kurang darinya. Justru itu aku datang untuk melengkapi kehidupannya.
"I am your seducer. Aku adalah madu nikmatmu. Aku datang untuk kenikmatan jiwa,hati,raga dan rasa. Aku datang untuk kamu nikmati. Karena aku juga menikmati kamu, Sayang. Betapa aku bangga akan pertemuan kita. Sungguh tak terkira. Kita syukuri, ya, Sayang," kataku suatu saat.
"Iya..aku juga menikmatinya, Sayang.." sahutnya sambil memelukku. Hangat terasa di sekujur tubuhku.
Aku sorotkan sinar senter dari HP ke muka laki-laki tergantung itu. Darah segar masih membasahi rambutnya dan sebagian keningnya. Mulut dan hidungnya jelas. Lubang peluru kaliber besar menembus dahinya. Melihat posisi tembakan tepat di kening antara mata dan hidung, daerah T, pelaku penembakan dipastikan orang terlatih dan profesional.
Aku jongkok. Aku sibakkan kainku. Aku dekati dan ambil posisi tepat. Aku foto mukanya. Aku tak tertarik dengan semua tubuhnya yang telanjang tanpa busana itu.
"Sudah Komandan?" tanya seorang petugas kepolisiaan kepadaku.