Motornya yang diperbaiki selesai dikerjakan. Aku semakin tertekan. Aku belum mendapatkan nomor teleponnya.
"Mbak minta nomor teleponnya dong..." kataku memberanikan diri.
Tak disangka dia memberiku nomornya. Namanya Syarla. Lala panggilannya. Aku catat nomor dia di ponselku. Sejurus kemudian perempuan itu meninggalkanku. Katanya dia akan pergi ke sekolah anaknya. Aku sendiri duduk terpaku membayangkan keindahan perempuan itu.
Beberapa bulan berlalu. Aku menelepon dia. Aku kirim SMS menceritakan siapa aku. Dia membalas dan bilang sibuk ada acara pengajian. Hari berikutnya aku sengaja menelepon. Namun tampaknya dia lupa pernah bertemu denganku. Tak apalah yang penting dia telah menerima teleponku. Beberapa minggu berlalu sejak aku menghubunginya.
"Kita telah kenal. Aku pengin bertemu kamu. Boleh nggak?" tanyaku dengan nada mengajak.
"Buat apa ketemuan?" tanyanya.
"Buat sharing aja apa yang kita bisa sharing!" sahutku.
Akhirnya kami berjanjian bertemu di sebuah mal baru di Serpong. Dia berjanji datang di sana, di area parkir. Aku sudah tiba lima belas menit lebih awal dari waktu yang kami sepakati. Akhirnya perempuan itu muncul dengan Toyota Camry terbaru. Mengenakan kaca mata hitam, dan balutan baju berwarna gelap menambah keanggunannya.
Aku temui dia dengan sikap biasa saja - walau sebenarnya dalam hati aku sangat mengaguminya. Aku juga merasa perempuan ini sengaja melakukan test terhadap mentalku. Apakah aku akan grogi dengan segala kemewahannya. Sungguh berbeda dia dengan apa yang aku temui di bengkel motor.
"Hai. Aku Niko...Ingat kan?" sapaku.
"Ya. Mau ke mana?" tanyanya.