Malam makin larut kami menikmati malam itu dengan penuh kebahagiaan. Itu malam ketika suaminya pergi keluar kota. Namun dia tetap pulang ke rumahnya. Semua dilakukan dengan kesadaran tingkat tinggi.
"Iya Mas..."
"Aku datang untuk menambah keindahan hidup kamu. Mengisi waktu hidupmu dengan berbagi kebahagian lahir dan batin. Buat apa mobil mewah dan kekayaan kalau kita tak mampu memanfaatkan. Aku dikirimkan Tuhan untuk kamu. Agar kamu berbahagia. Kita akan resmikan hubungan kita. Kita akan menikah ya Sayang..."
"Apa bisa?"
"Ya bisa saja,"
"Iya ya Mas, aku dulu sengaja membawa odong-odong mobil mewahku untuk mengetes apakah kamu ngeper enggak. Apakah kamu sepadan dengan aku. Jujur di dalam jiwaku ada pikiran seperti itu. Hanya sekedar ngetes saja."
"Aku mah cuek saja dan dengan percaya diri menemuimu, di parkiran itu...hehehe."
"Ternyanya kita cocok ya sayang..."
"Iya bukti cinta kita suci tak melihat siapa kamu. Tapi aku sejak bertemu kali pertama tahu bahwa kamu bukan orang sembarangan. Dan benar."
"Iya ya.."
Aku jadi teringat pertemuanku dengannya dulu dengannya. Saat itu pukul 11:00 aku bergegas ke bengkel itu. Tak biasanya aku pergi ke tempat itu. Namun ada yang menggerakkan aku untuk datang ke sana. Di bengkel itu telah duduk rapi di kursi seperti metromini para pelanggan. Aku datang seperti biasa dengan caraku. Rapat tubuhku dengan jaket, kaos tangan pelindung, sepatu kets, dan kain pantai Bali. Aku mendaftarkan motorku di bagian pendaftaran. Pada saat itu saya terkesima dengan seorang perempuan muda, dia datang dengan tubuh ditutupi segala perlengkapan yang membuat matahari tak bisa menyentuh kulitnya.