Anakku, Pak Budi Gunawan. Ada dua pilihan juga untuk Bapak Budi Gunawan, yakni (1) mengundurkan diri dari pencalonan Kapolri, dan ini Bapak anggap merugikan karena sama dengan menyerahkan leher ke KPK ya Pak, (2) tetap berjuang melawan KPK karena dukungan kuat DPR dan Ibu Mega ya, dan ini yang membuat Bapak ngotot tetap akan memimpin Polri. Bapak tak peduli rakyat menentang.
Nah, Anakku Pak Budi, ngapain ngotot mengejar amanah; padahal amanah kan berat dijalankan. Dan jabatan juga amanah. Apa kurang tuh bisnis anak Bapak dan kawan-kawan sudah banyak bantu; bahkan bisa pinjam uang cash, tunai ditenteng. Juga secara pangan, sandang, papan, saya rasa sudah cukup. Rumah sudah ada. Mobil ada. Istri ada. Calon besan Budi Waseso ada. Calon menantu, ada. Makan tidak kurang, lalu kurang apa? Kekuasaan yang membius. Kalau Ibu Mega mendorong dan menjanjikan suatu saat jadi Presiden RI pertama dari kalangan kepolisian, lupakan dulu. Lihat apa tekanan terhadap Pak Jokowi sekarang gara-gara Ibu Mega mendorong Bapak jadi Kapolri.
Jadi, maju atau mundur sama saja, wahai Anakku. Jabatan hanya amanah kok, Anakku, Pak Budi Gunawan. Bahkan mau nuntut Presiden Jokowi kalau nggak melantik Anakku Pak Budi Gunawan. Emang Pak Jokowi bukan Panglima Tertinggi TNI dan atasan Kapolri? Ingat itu Nak. Ingat siapa kamu Nak Budi Gunawan.
Untuk Anakku, BW1.
Anakku, Pak Budi Waseso, Bapak hebat sekali dan dikagumi banyak pendukung Bapak, termasuk tentu Bapak Budi Gunawan. Cerita tentang penangkapan Bambang Widjajanto sangat dramatis. Bahkan tanpa pemberitahuan kepada Badrotin Haiti. Apalagi Bapak Budi Waseso langsung tancap gas menerima laporan-laporan kesalahan para pimpinan KPK.
Bapak harus tetap seperti itu. Konsisten. Terus kumpulkan orang-orang untuk melaporkan semua pegawai KPK saja. Itu secara politik tindakan untuk menyeimbangkan posisi Pak Budi Gunawan ya. Lanjutkan Pak Budi langkah-langkah memenjarakan para pegawai dan pimpinan KPK. Itu akan bagus buat menciptakan kesan bahwa Pak Budi Waseso adalah sosok yang sama dengan Pak Budi Gunawan.
Jadi, apa pun yang Anakku lakukan terhadap para pimpinan KPK, kesan Bapak Budi Gunawan dan Bapak Budi Waseso sebangun, sejenis, sama, identik, tetap akan melekat. Dan Presiden Jokowi tak akan melantik Budi Gunawan atau Budi Waseso sebagai Kapolri, jika ternyata Pak Jokowi lebih mendengarkan Muhammadiyah, NU, dan para tokoh.
Untuk Anakku, AS.
Wahai Anakku, Pak Abraham Samad. Ayah salut dengan keberanian Bapak memimpin pemberantasan korupsi. Kasus mafia migas, mafia haji, penangkapan Jero Wacik, Rudi, dan yang spektakuler: KH Fuad Amin Imron. Juga kasus BLBI yang merugikan negara ratusan triliun. Lainnya, kasus Century, Wisma Atlet, Hambalang yang mencokok figur-figur terkenal. Anas Urbaningrum. Andi Mallarangeng. Angelina Sondakh.
Nah, segerakan kasus BLBI dan mafia pupuk, mafia haji, dan aneka mafia lainnya. Juga kasus Century yang melibatkan Boediono dan akan mengarah ke SBY. Saya yakin Pak Abraham Samad berani. Kan Bapak Abraham Samad sudah punya senjata api. Jadi berani. Sama dengan Setya Novanto dan para pejabat diyakini memiliki senjata api.
Pilihan Bapak juga ada dua. Satu (1) terus memberantas korupsi dengan tanpa kendor, Bapak akan didukung oleh rakyat. Dan (2) Bapak surut dan mundur dari pemberantasan korupsi. Akibatnya? Indonesia akan hancur berkeping. Tegakah Bapak melihat jumlah 34 juta warga miskin bertambah karena korupsi? Sementara sebagian para pejabat dari mulai pejabat BUMN, hakim, jaksa, anggota TNI, Polri, DPR/D, bupati, walikota, gubernur berfoya-foya, dan bahkan melakukan korupsi secara berjamaah?