Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga di Tepi Danau

29 November 2024   20:48 Diperbarui: 29 November 2024   20:48 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi harinya, Maya terbangun dengan perasaan aneh. Ia mendengar suara lembut yang akrab di telinganya. "Maya, bangunlah, sayang," suara itu berkata. Mata Maya terbuka dan ia melihat sosok yang paling ia rindukan berdiri di samping tempat tidurnya.

"Ibu!" seru Maya dengan mata berkaca-kaca. Ia segera bangkit dan memeluk ibunya dengan erat. "Ibu, apakah ini nyata?"

Ibunya tersenyum dengan lembut. "Iya, Maya. Bunga itu memberiku kesempatan untuk bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, sayang. Tapi ingat, aku hanya bisa tinggal sebentar."

Maya dan ibunya menghabiskan hari itu bersama. Mereka berjalan di tepi danau, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Maya merasa sangat bahagia, seperti semua kerinduannya terobati dalam sehari itu. Ia menyimpan setiap momen itu dalam hatinya, tak ingin melupakan sedikit pun.

Saat matahari mulai terbenam, ibunya memegang tangan Maya erat-erat. "Maya, ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu. Meskipun aku tidak ada di sisimu secara fisik, cintaku akan selalu bersamamu. Kamu adalah anak yang kuat dan penuh kasih. Teruslah menjadi dirimu yang istimewa."

Air mata mengalir di pipi Maya. "Aku juga mencintaimu, Ibu. Aku akan selalu mengingat kata-katamu." Ia memeluk ibunya sekali lagi, merasakan kehangatan yang menenangkan.

Ketika malam tiba, ibunya mulai menghilang seperti kabut di pagi hari. "Selamat tinggal, sayang. Jaga dirimu baik-baik." Dan dengan itu, ibunya pun hilang.

Maya kembali ke rumah dengan hati yang penuh cinta dan kenangan indah. Ia tahu bahwa ibunya akan selalu ada di dalam hatinya, mengawasinya dari jauh. Bunga biru itu masih bersinar di pot bunga kecil, sebagai tanda bahwa keajaiban dan cinta selalu ada di dunia ini.

Desa kecil itu kembali menjadi tempat di mana kebersamaan dan cinta adalah nafas kehidupan sehari-hari. Dan Maya, dengan senyuman barunya, menjadi simbol harapan dan kekuatan bagi semua orang di desanya.

Ilustrasi gambar bersumber dari : pojokjakarta.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun