"Jangan pernah menyerah pada impianmu. Setiap langkah kecil yang kamu ambil hari ini membawa kamu lebih dekat ke tujuanmu esok hari "
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau dan danau yang tenang, hiduplah seorang gadis bernama Maya. Setiap pagi, Maya bangun dengan matahari yang menyapa dari balik gunung, menyinari desanya dengan cahaya keemasan. Desa ini adalah tempat di mana semua orang saling mengenal dan kebersamaan adalah nafas kehidupan sehari-hari.
Maya adalah seorang gadis sederhana yang selalu tersenyum. Namun, di balik senyumannya, ada rasa kehilangan yang mendalam. Ibunya telah meninggal dunia ketika Maya masih kecil, meninggalkan dirinya dan ayahnya, Pak Joko, yang selalu sibuk bekerja di ladang. Maya selalu merindukan sentuhan lembut dan pelukan hangat ibunya.
Suatu hari, saat Maya berjalan menyusuri tepi danau, ia menemukan bunga yang sangat indah. Bunga itu berwarna biru terang, dengan kelopak yang berkilauan di bawah sinar matahari. Bunga itu tampak seperti sesuatu yang datang dari dunia lain. Maya terpesona dan memutuskan untuk memetiknya. Saat tangannya menyentuh bunga itu, tiba-tiba muncul seorang wanita tua dengan mata yang bijaksana dan senyum yang hangat.
"Jangan petik bunga itu, Nak," kata wanita tua itu lembut. "Bunga ini memiliki kekuatan ajaib. Jika kamu merawatnya, bunga ini dapat mengabulkan satu permintaanmu."
Maya terkejut mendengar kata-kata wanita tua itu. Ia tidak tahu harus percaya atau tidak, tetapi ada sesuatu dalam mata wanita tua itu yang membuatnya merasa tenang. "Apa yang harus saya lakukan?" tanya Maya.
"Rawatlah bunga ini dengan baik. Berikan air dari danau ini setiap pagi dan malam, dan jaga agar sinar matahari pagi selalu menyapanya. Ketika waktu yang tepat tiba, bunga ini akan mengabulkan permintaanmu," jawab wanita tua itu sebelum menghilang di balik bayang-bayang pohon.
Maya membawa bunga itu pulang dan menanamnya di pot bunga kecil. Setiap pagi dan malam, ia memberi bunga itu air dari danau, dan setiap hari ia memastikan bunga itu mendapatkan sinar matahari pagi yang cukup. Hari-hari berlalu, dan Maya merasa semakin terhubung dengan bunga itu. Setiap kali ia melihat bunga itu, ia merasakan kehangatan yang mirip dengan pelukan ibunya.
Suatu malam, ketika bulan penuh bersinar terang, Maya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada bunga itu. Kelopaknya bersinar lebih terang dari biasanya. Maya duduk di tepi tempat tidur dan memejamkan mata, mengingat-ingat semua kenangan tentang ibunya. Dengan hati yang penuh harapan, Maya berbisik, "Aku ingin bertemu dengan Ibu, meskipun hanya sebentar."
Pagi harinya, Maya terbangun dengan perasaan aneh. Ia mendengar suara lembut yang akrab di telinganya. "Maya, bangunlah, sayang," suara itu berkata. Mata Maya terbuka dan ia melihat sosok yang paling ia rindukan berdiri di samping tempat tidurnya.
"Ibu!" seru Maya dengan mata berkaca-kaca. Ia segera bangkit dan memeluk ibunya dengan erat. "Ibu, apakah ini nyata?"
Ibunya tersenyum dengan lembut. "Iya, Maya. Bunga itu memberiku kesempatan untuk bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, sayang. Tapi ingat, aku hanya bisa tinggal sebentar."
Maya dan ibunya menghabiskan hari itu bersama. Mereka berjalan di tepi danau, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Maya merasa sangat bahagia, seperti semua kerinduannya terobati dalam sehari itu. Ia menyimpan setiap momen itu dalam hatinya, tak ingin melupakan sedikit pun.
Saat matahari mulai terbenam, ibunya memegang tangan Maya erat-erat. "Maya, ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu. Meskipun aku tidak ada di sisimu secara fisik, cintaku akan selalu bersamamu. Kamu adalah anak yang kuat dan penuh kasih. Teruslah menjadi dirimu yang istimewa."
Air mata mengalir di pipi Maya. "Aku juga mencintaimu, Ibu. Aku akan selalu mengingat kata-katamu." Ia memeluk ibunya sekali lagi, merasakan kehangatan yang menenangkan.
Ketika malam tiba, ibunya mulai menghilang seperti kabut di pagi hari. "Selamat tinggal, sayang. Jaga dirimu baik-baik." Dan dengan itu, ibunya pun hilang.
Maya kembali ke rumah dengan hati yang penuh cinta dan kenangan indah. Ia tahu bahwa ibunya akan selalu ada di dalam hatinya, mengawasinya dari jauh. Bunga biru itu masih bersinar di pot bunga kecil, sebagai tanda bahwa keajaiban dan cinta selalu ada di dunia ini.
Desa kecil itu kembali menjadi tempat di mana kebersamaan dan cinta adalah nafas kehidupan sehari-hari. Dan Maya, dengan senyuman barunya, menjadi simbol harapan dan kekuatan bagi semua orang di desanya.
Ilustrasi gambar bersumber dari : pojokjakarta.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI