Satya menoleh ke arahku, terdiam. Aku tak tahu apa yang ia pikirkan, dan jujur saja, aku tak peduli. Aku hanya tersenyum kecil, merasa pengakuan ibu itu sudah lebih dari cukup.
Nita juga datang hari itu, membawa makanan untuk kami. Dia memelukku erat. Ujar ibu.
Dan aku tahu, meskipun aku tak punya seragam gagah seperti Satya atau gelar seperti Nita, aku adalah cahaya kecil yang tetap menyala di tengah redupnya keluarga ini. Aku masih anak bungsu yang sering salah di mata mereka. Kadang, kita tidak butuh dunia untuk memuji, cukup tahu bahwa orang yang kita cintai akhirnya sadar betapa tulusnya pengabdian kita. Aku tetap berusaha, meski usahaku tak dihiasi pujian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H