Tiba-tiba mendengar tangis para kucing yang mengeong di kamar mandi, tepat di samping kamar tidur, ia tergugu. Ketika hendak tidur malam itu, Nindi teringat akan beberapa peristiwa tragis yang dialami. Sehubungan dengan kamar mandi, ia pernah mengalami  peristiwa tragis yang sedikit membuat trauma.
Tahun 1977
Untuk bisa kuliah di Malang, Nindi yang berlatar belakang dari keluarga pas-pasan itu harus rela dititipkan keluarga. Tentu saja karena berstatus nebeng, ia harus tahu diri. Nindi membantu pekerjaan apa saja yang bisa dilakukannya. Itu harus!
Sejak awal masuk kuliah, Nindi ikut saudara ayah kandung yang tinggal sangat dekat dengan kampus. Hanya 300 meter dari tempat Nindi mendulang ilmu. Dengan berjalan kaki lima menit saja, Nindi sampai di ruang kuliah. Namun sayang, keluarga paman dan bibi, pasangan perawat di bagian sakit jiwa, ini menerima pasien juga di rumah.
Satu dari tiga pasien lelaki yang dirawat berada tepat di sebelah kamar tidur Nindi. Setiap malam, Nindi tidak bisa tidur dengan pulas karena si pasien menggedor-gedor jendela kamar. Merasa terganggu, Nindi pindah ke rumah saudara yang lain. Sayang, jarak antara rumah dan kampus sangat jauh. Tujuh hingga delapan kilometer!
Demi meraih cita-cita, berjalan jauh pun rela Nindi lakukan. Setiap hari ia berjalan kaki, berangkat pukul lima pagi dan pulang sesuai jadwal. Akibatnya, flek-flek hitam memar bertebaran di berbagai tempat, baik di betis maupun paha. Terlalu lelah!
Pasangan lansia dengan seorang putri berusia tiga tahun di bawah Nindi itu hidup pas-pasan juga. Ketika Nindi membawa sepeda onthel dari kampung, sedianya hendak digunakan untuk pergi pulang kuliah, dipinjam oleh mereka.
"Nin, sepedamu kami pinjam, ya. Kamu cukup jalan kaki saja, lebih sehat dan aman!" dalih si istri.
Dalam hati Nindi sangat kecewa. Apalagi ternyata sepeda itu digadaikan. Nindi  mulai resah. Maksud hati untuk menggunakan sepeda agar tidak berjalan kaki, hancur sudah.
Suatu pagi sang istri tidak sedang di rumah. Nindi menggoreng tempe di dapur dengan santai. Namun, tiba-tiba suami pasangan sepuh tersebut memeluknya dari belakang. Nindi sangat kaget. Ia meronta-ronta sambil berteriak. Akhirnya, ia pamit minta ke kamar mandi karena hendak berkemih.
Begitu pelukan renggang, Nindi bergegas ke kamar mandi. Ia bukan hendak berkemih, melainkan menangis sejadi-jadinya. Ia mengunci diri sampai didengarnya ada suara istri pasangan sepuh tersebut.