"Iya, apalagi tahunya Papa cuma teriak-teriak! Ujung-ujungnya akulah yang harus melakukan acara rutin: bersih-bersih!"
"Kata Mama ... kasihan pada mereka dan sebagai ujian kesabaran! Ya, sudah ... yang sabar saja!"
"Baiklah! Sabar juga menghadapi teriakan Papa, 'kan? Harus kebal dengan rasa kesal dan lelah! Kesal karena kucingnya yang sakit buang air besar di mana-mana, jengah dengan perintah Papa juga!"
"Hmmm ... ya itulah yang namanya ujian kesabaran! Yang sabar saja!" Suami bukan lagi hanya menggumam, melainkan berkata lantang.
***
Kesal? Ya, benar. Sesungguhnya sangat kesal menghadapi situasi rumit ini. Namun, kapan sih belajar bersyukurnya kalau tidak melalui berbagai masalah begini? Ya, masalah yang harus diatasi dan dibereskan dengan bijak, tentu saja.
Memiliki hewan piaraan selalu dibarengi dengan risiko tertentu. Bukan hanya harus menyiapkan pakan dan papan, melainkan kalau kondisi mereka sakit, luar biasa juga. Sebenarnya, tidak berniat benar memiliki hewan piaraan. Namun, mereka datang sendiri. Entah dibuang oleh orang, tersesat, atau bagaimana. Sebagai makhluk yang paham kalau hewan itu ciptaan Tuhan, mana tega membuang mereka?
Linis hanya menangis kepada Tuhan, memohon kekuatan, kesabaran, sekaligus rezeki untuk menampung hewan-hewan yang bermasalah tersebut. Ada sih keinginan untuk membuang mereka, tetapi di dalam sanubarinya tebersit juga rasa tidak tega. Bukankah mereka ada karena diciptakan-Nya?
Konsep rumah kebun dengan banyak tanaman buah, berada dekat sungai lengkap dengan rimbun bambu liar, pasti banyak juga hewan liar seperti nyambik dan ular berbahaya. Dengan adanya kucing, beberapa kali terbukti kehadiran ular bisa terdeteksi sejak dini. Bahkan, bangkai ular yang tewas karena cakaran kucing pun ditemukan di garasi. Itulah sebabnya, Linis menganggap kehadiran kucing sebagai penjaga alam di lingkungannya.
Sayangnya, karena cuaca kurang kondusif, kucing betina yang beranak empat itu terkena penyakit. Diare! Karena itu, mereka tidak bisa mengendalikan buang air besar tetap stay di litter box yang disediakan. Inilah sumber permasalahan yang dihadapi keluarga tersebut. Dilematis! Akhirnya, Linis hanya mampu melangitkan doa, biarlah Allah yang Maha Murah memberikan kebijaksanaan dalam menyikapi persoalan hidupnya.
"Badai pasti berlalu," senandikanya.