"Ha? Kalau belum tahu tujuan, Mbak bisa ikut saya saja!"
Otomatis aku membelalak kaget, "Emangnya kau siapa?" kataku dalam hati.
"Oh, maksud saya begini ... maaf. Saya juga pertama kali ke pulau itu. Saya ditempatkan di salah sebuah kantor cabang, dan konon memperoleh fasilitas rumah dinas. Jadi, kalau misalnya Mbak masih bingung hendak ke mana, mending ikut saya saja dulu, sambil memikirkan langkah-langkah selanjutnya. Dengan demikian, kita bisa merencanakan dengan hati dan pikiran jernih!" lanjutnya.
"Kita?" sahutku keheranan sambil menunjuk diri ini.
"Iya, kita! Saya melihat ... maaf ... Mbak ada dalam masalah besar, kan? Sorot netra dan raut wajah Mbak tidak bisa berbohong!" lanjutnya cerdas dan tegas.
Spontan air mata ini meleleh kembali.
"Kok tahu, sih?" gumamku lirih.
Ia tersenyum dan secara tidak sengaja memperlihatkan gingsul yang membuatnya terlihat sangat manis. Terhenyak pula aku dibuatnya! Mirip banget dengan sang mantan!
Pagi ini Allah mengirimkan dua orang lelaki asing, tetapi yang kuyakin sudah diatur-Nya sedemikian rupa. Termasuk kehadiran pemuda ini pun! Coba, namanya saja sangat mirip! Ketika aku dicampakkan oleh Rony, ini ada Dony yang menebak telak isi hati dan kondisiku. Bukankah ini pengaturan-Nya semata? Entahlah, apa yang akan terjadi selanjutnya, biar aku serahkan saja pada otoritas-Nya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H