Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 173 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelegar Halilintar Tengah Hari

8 Januari 2025   14:41 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air mataku tak dapat kubendung lagi. Pertahananku ambrol. Aku bergeming. Ingin sekali segera beranjak pergi, tetapi rasanya diri ini terpaku dengan kuatnya di kursi pesakitan ini.

"Rahma ...," ayah menimpali, "Ayah mohon, relakan hatimu melepas Nak Rony untuk adikmu Rahmi, ya! Kasihan ... adikmu lagi hamil, Nak! Izinkanlah mereka segera meresmikan hubungan sebelum perutnya membuncit! Kasihani kami juga, Nak. Di mana akan ditaruh muka kami berdua yang berprofesi sebagai  'guru' ini kalau adikmu tidak segera diresmikan? Bukankah aib juga bagi kita, Rahma?"

Air mata ibu makin terburai. Isak dan sesenggukan yang terdengar sangat memilukan.

"Ya, aku ikhlaskan!" akhirnya aku bisa mengucapkan kalimat pendek ini dengan susah payah.

Secara spontan kutinggalkan ruang tamu tempat menjamu Rony yang selanjutnya membahas pernikahan mendadak mereka. Aku bergegas ke kamar tidur. Kutumpahkan air mata dan kekesalanku di atas bantal. Kepada siapa aku harus mengadu? 

"Aku harus segera pergi!" senandikaku langsung bergegas berkemas-kemas.

Tanpa sepengetahuan mereka, aku pun langsung packing hampir semua baju bagus yang kumiliki. Hanya kusisakan beberapa baju rumahan saja. Semua barang-barang itu segera kumasukkan ke dalam sebuah koper besar dengan rapi. Tinggal menunggu waktu saja.

"Akan ke mana aku? Hmmm, ... entahlah. Yang penting harus segera meninggalkan tempat ini. Tak mungkin aku bisa melihat mereka duduk di pelaminan, 'kan?"

 Mau tak mau aku segera menyusun rencana secepatnya. Yang pertama-tama tentu saja membuang diri sejauh-jauhnya agar tidak melihat mereka berdua. Selanjutnya,  aku ingin memperbaiki dan menyembuhkan  hati ini. Hati yang sudah terkoyak sekoyak-koyaknya, apalagi dihina sedemikian rupa oleh seorang lelaki yang sebelumnya sangat kucintai dan kudambakan menjadi rajaku selama hidup.

"Apakah kamu tidak ingin melihat adikmu berbahagia, Rahma?" mungkin ayahku akan menanyakan hal itu padaku.
Namun, jika ditanya seperti itu, pasti aku tidak bisa menjawabnya dengan baik.  
 
***

Penulis seorang grandma yang sedang getol belajar menulis  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun