Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Abai dan Lalai hingga Pucuk Terkulai?

2 Desember 2024   02:57 Diperbarui: 2 Desember 2024   08:19 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

"Mama kan sudah bilang, tinggalkan lelaki itu! Pilih kami orang tua angkatmu, atau dia! Kalau nggak bisa diomongi, sudah! Silakan semaumu! Jangan panggil aku Mama lagi!" petuahku sedikit keras mengingat ia sebagai gadis beranjak dewasa.

Aku sengaja memberi ultimatum karena pertama diperkenalkan lelaki yang berasal dari Indonesia timur itu beraroma alkohol. Apalagi matanya merah dan busananya, maaf, berantakan. Alih-alih menyebutnya sebagai gaya punk seronok.

Gertakku  tak mempan. Dia memilih meninggalkan kami dan kembali pada orang tuanya, seorang single parent. Asisten rumah tangga kami. Rumah mereka  berada persis di belakang rumah kami.  

Terdengar pula ibunya merepet, "Ya, sudah! Sekalian aku keluar!"

Tak lama kemudian datang tergopoh-gopoh sambil berseru lantang. Si ibu minta keluar detik itu juga demi membela putri tunggal mencintai kekasihnya tanpa kami recoki.

Kukatakan  bahwa pacarnya  bukan orang baik-baik. Namun, rupanya hubungan mereka telah telanjur jauh. Tita lebih memilih si pacar daripada aku yang mengambilnya sebagai anak angkat. Bahkan memberikan pendidikan sejak bersekolah di SD.

Ya, sudahlah, aku angkat tangan.  Aku  tidak peduli lagi! Melepasnya sebagai anak angkat hingga tak bertanggung jawab atas kehidupannya!

Tita makin nekat, justru memamerkan kemesraan dengan sang pacar di depanku. Anehnya, ibunya pun ikut-ikutan tidak menyapaku. Ya, aku bisa apa?

Hanya ingin kulihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Meski tidak mendoakan jelek, berdasarkan kisah hidup si ibu sebelum ini, sebenarnya aku sangat khawatir akan terjadi hal yang tidak kami inginkan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun