Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bergelayut Tanya (Part 1)

29 November 2024   07:31 Diperbarui: 5 Desember 2024   16:09 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa, Kak?" Sambil mengucek mata agar kantuk sirna, mengusap wajah lengket berminyak, Wangi yang disapa Angi itu segera menuju pancuran air untuk membasuh muka.

"Jangan banyak tanya, ayo cepaaaatt!"

Ternyata, Bude sedang menangis memegangi tubuh si adinda yang bersimbah darah. Tepat berada di depan kamar mandi dan sumur, tempat adinda yang bernama Widuri itu mencoba melakukan bundir di tengah malam buta.

Darah menggenang hingga semua tampak merah. Sementara, raga Adinda terkulai lemas. Rona pasi dan bibir pun membiru. Mata terpejam. Napas dan detak jantungnya begitu lemah.

Wangi dan Sono segera berupaya dengan keras membantu memapah tubuh Widuri dan membawa ke dalam kamar. Darah masih terus menetes dari luka di pergelangan tangan. Sambil menangis memilukan, Bude menyingkirkan pisau tajam yang biasa digunakannya sebagai alat pemotong daging. Pisau yang setiap hari dimanfaatkan sebagai alat vital dalam rangka berjualan daging dan ikan di salah sebuah pasar terkenal di kotanya.

Para tetangga pun segera berdatangan satu demi satu mendengar jerit tangis Bude yang cukup lantang di malam sepi itu. Bahkan, salah seorang tetangga tergopoh-gopoh segera mempersiapkan kendaraan untuk membawa pasien ke rumah sakit secepatnya.

Rumah masuk gang sempit memang cukup menyulitkan. Akan tetapi, para tetangga yang guyub rukun itu sesegera mengupayakan agar pasien secepat mungkin dapat tertolong. Kebetulan seorang tetangga yang suami istri berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit daerah, kebetulan berada di rumah. Langsung beliaulah yang cancut tali wondo  menangani dengan bergegas membawa ke rumah sakit.

***

Ya, Bude yang single parent tersebut memang sebagai salah seorang pedagang ayam potong, daging,  ikan laut dan air tawar, serta sayur mayur. Bude biasa berangkat pukul setengah lima pagi dan pulang sekitar tengah hari.

Sementara, Wicaksono yang disapa Sono, si putra sulung,  membantu mencari dan membeli dagangan sang ibu di pasar induk, Pasar Gadang. Sekitar sepuluh kilometer dari rumah. Di tempat inilah barang dagangan yang  berupa hasil bumi di drop dari tangan pertama. Demikian juga bahan pangan lain seperti daging dan aneka jenis ikan. Semua memiliki harga di bawah standar pedagang, apalagi kalau sudah berlangganan. Semacam ada konvensi, sesama pedagang bisa sama-sama berbagi keuntungan.

Dengan menggunakan sepeda motor, Sono kulakan sejak sekitar pukul delapan malam, pulang sekitar dua jam kemudian. Setelah menata dagangan dan berdiskusi tentang harga dagangan hari itu dengan ibunya, Sono pun beristirahat. Menjelang dini hari tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun