"Baiklah ...," tuturnya santun.
*** Â
"Apakah Ibu menyayangi Bapak?" tanya Pak Paijo, sopir pribadi sekaligus suami Mak Ijah ini hati-hati.
"Pertanyaan aneh! Pastilah, Pak. Tujuh tahun saya mengenal suami, loh! Tepatnya dua tahun sebelum menikah dan lima tahun hidup berumah tangga dengannya. Tentu saja saya sangat menyayangi beliau. Bagi saya, dunia ini tak ada arti tanpa kehadirannya," sambutku.
"Emmm ... anu, Bu ...," tampak kesulitan mengemukakan sesuatu hingga kupotong.
"Sudahlah, percayakan pada Allah saja!" hiburku.
"Baiklah," jawabnya polos.
"Memangnya ada apa, sih?" selidikku penasaran.
"Saat ke rumah sakit beberapa saat lalu, saya bertemu dengan Bapak, Bu. Ketika saya bertanya, katanya beliau mengantar seseorang. Namun, kedua-duanya tidak terselamatkan," ujarnya.
"Maksudnya? Seseorang ... kedua-duanya ... gimana?" kejarku.
"Iya, pasien perempuan itu sedang hamil besar, hendak melahirkan. Namun, mengalami hipertensi ... sehingga ibu dan si janin ... keduanya meninggal dunia!"