Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gelegar Halilintar Menampar Rembulan

15 November 2024   03:46 Diperbarui: 15 November 2024   15:25 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Terima kasih, ya, Allah ... atas suami yang Tuhan pasangkan buat menemani hidupku ini!" syukurku bertambah-tambah.

Menjalin persahabatan dua tahun sebelum menikah hingga akhirnya menikah, kusadari betapa bahagia hati ini memiliki dan memilih dia sebagai seseorang yang menemani hidupku. Bahkan, hingga lima tahun belum dikaruniai momongan pun, ia tetap menyayangi dan mendukungku.

"Apa kita perlu program bayi tabung, Mas?" tanyaku suatu saat.

"Hmm ... menurutku kita cukup memohon kepada pemberi hidup dan kehidupan saja. Sekalipun menggunakan program tersebut, jika Allah belum mengizinkan, kita juga tidak memperolehnya. Benar, enggak?" sambutnya lembut sambil mencolek hidung bangirku.

***  

Perasaan dan pikiran berkelana ke mana-mana sambil menunggu namaku dipanggil. Antrean panjang sudah kulalui, nomor register sudah kudapat, kini kududuk di ruangan cukup besar menunggu dipanggil dokter untuk memeriksa sesuai keluhan.

Kulihat beberapa pasien dengan berbagai kondisi. Cukup ngeri juga. Ada yang sebagian mukanya ditutupi saputangan. Ya, pipi yang hilang sebelah karena digerogoti penyakit. Jujur, melihat pasien di ruang onkologi ini membuat hatiku kian nyeri dan ngeri.

Bersyukur kepada Allah,  setelah menunggu cukup lama, dokter menyatakan  keluhanku tidak mengkhawatirkan. Setelah dokter meraba ketiakku yang abses, beliau mengemukakan sangat menenteramkan hati.

"Tidak apa-apa, Bu. Ini hanya abses biasa. Kalau suatu saat terasa sakit, Ibu bisa kembali ke sini!" senyum dan anggukan dokter sepuh ini sangat melegakan.

Mengucapkan terima kasih merupakan hal wajib, 'kan? Jadi, kusalami sang dokter dengan ungkapan terima kasih tulus, sambil mengucapkan selamat bertugas. Sekali lagi senyum dan anggukan dokter tampan yang tampak gagah dan berwibawa tersebut sempat membuatku bahagia.

Pulanglah aku ke rumah bersama sopir pribadi melalui perjalanan panjang kembali. Hampir senja barulah sampai di gerbang rumah. Disambut gonggongan dua ekor anjing  yang setia menemaniku, hati ini terasa sungguh damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun