Cerpen: Gelegar Halilintar Menampar Rembulan
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Bunyi sirine ambulans cukup memekakkan telinga. Jujur mendengar raungan sirine tersebut membuatku ngeri juga. Memang di jalanan kurang kupahami ciri penanda sirine ambulans, apakah sedang membawa pasien atau jenazah. Bagiku sama saja. Mirip, tetapi membuat hati ini sekaligus miris!
Tanpa dikomando, beberapa paramedis bersiap-siap. Ada yang membawa brankar, Â botol infus di tangan, dan segala sesuatu yang dibutuhkan sesegera mungkin guna menangani pasien gawat darurat yang baru tiba. Tampak sibuk!
"Minggir, minggir! Kasih jalan ... kasih jalan!" teriak beberapa anggota meminta kerumunan yang sedang mengantre dan memenuhi mulut pintu salah sebuah rumah sakit itu agar menyingkir atau menepi.
Karena sedang mengambil antrean nomor dalam rangka pengobatan, aku pun ikut menepi. Memang, rumah sakit ini cukup representatif sebenarnya. Rumah sakit di kota terbesar kedua provinsi ini. Namun, konon katanya sedang ada renovasi besar-besaran di beberapa bagian rumah sakit. Dampaknya, terpaksa terjadi antrean mengular seperti itu.
Ya, sudahlah. Aku maklumi saja. Namanya juga sedang butuh pelayanan jasa kesehatan. Sementara, jarak yang kutempuh dari rumah juga lumayan jauh. Dua jam perjalanan kendaraan roda empat dengan kecepatan rata-rata.
"Kok jauh banget? Apa di kotamu tidak ada rumah sakit besar memadai?"
Barangkali itu adalah pertanyaan yang kausampaikan kepadaku jika berada di dekatku. Nah, ya ... kujawab di sini keresahan hatimu, ya!
Sebenarnya, aku mencari rumah sakit yang lebih representatif dalam rangka menjawab keresahan hatiku sendiri, hehehe ... tetapi, memang tak seorang pun tahu keresahan hatiku.
Begini. Sejak beberapa saat lalu, usai bermain badminton dengan pasangan, ternyata ketiakku terasa sakit. Abses dan nyeri. Ada sedikit benjolan bikin ketakutan. Maka, Â segera kuperiksakan diri ke rumah sakit lebih besar dengan harapan memiliki fasilitas peralatan lebih canggih dan dokter profesional.
Ternyata, sesampai di tempat yang kubayangkan bakal bersih, tertata rapi, Â teduh, tenang, serta nyaman tersebut, jauh dari harapan. Rumah sakit tipe A yang konon jangkauan pasiennya lebih luas ini justru tampak sangat sibuk, dan maaf ... amburadul. Mungkin hanya perasaanku saja, sih. Namun, jujur memang tidak seperti ekseptasi yang kuharapkan.