"Iya, Ga! Kamu sangat beruntung!" bisik kerabat yang lain.
"Ahh, aku tidak bisa berpikir untuk merancang masa depan. Biarlah Allah yang bertanggung jawab atas kejadian ini! Biarlah yang terjadi sesuai kehendak Tuhan saja!" batin Gaung terdiam.
*** Â
Pagi menjelang pukul sembilan, pengantin pria kembali diantar ke rumah pengantin wanita. Serangkaian acara dilaksanakan dengan khidmat. Tidak seorang pun bertanya mengenai siapa pengantin asli. Tidak ada! Semua larut dalam kemeriahan pesta.
Melihat dari dekat calon istrinya, Gaung gemetar. "Ya, Allah, benar-benar cantik! Semoga cantik pula hatinya!" doanya dalam hati.
Gaung berusaha tersenyum sepanjang acara. Demikian pula dengan Pelangi. Melihat fisik calon suami di hadapannya, ia langsung bersyukur.
"Tampan sekali," batinnya, "semoga hatinya pun baik!"
***
"Ternyata ... kakak-kakak kita bersekongkol, ya!" bisik Pelangi ketika mereka  memperoleh hadiah honeymoon dari sang ayah.
"Hehe ... ya, sudahlah. Mungkin ... memang demikian skenario yang harus kita jalani. Mari jalani saja takdir Tuhan ini sambil berdoa semoga langgeng menua bersama," komentar Gaung memeluk pinggang ramping si istri.
"Amin ...," sambut Pelangi dengan mata berbinar sempurna.