Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Lelaki Aroma Melati

6 November 2024   05:39 Diperbarui: 8 November 2024   13:35 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalanan setapak berliku membuat begitu pusing. Berasal dari desa kabupaten  daerah dataran rendah dihiasi area persawahan menghampar, aku begitu kaget saat dibawa mengunjungi desanya.

Sebuah desa di kota pegunungan sebagai kota terbesar kedua Provinsi Jawa Timur, terkenal dengan keindahan dan hawa dingin, perbedaan itu sangat kontras. 

Kontur area ditambah hawa dan suasana yang jauh berbeda membuat sangat kurang nyaman. Apalagi di musim hujan seperti saat itu.

Setelah sekitar kurang lebih sebulan pada semester pertama berkuliah dan berada di kota dingin, salah seorang kenalan orang tua menemuiku di rumah saudara, tempatku nebeng selama semester itu. Aku  sudah mengenal, sejak setidaknya dua tahunan terakhir.

Namanya Yasmidi.  Konon  diambil dari kata yasmine,  berarti melati. Kenyataannya, ia memang penyuka kuntum mungil,  putih,  semerbak wangi itu. 

Di saku kemeja dapat dipastikan selalu ada beberapa kuntum melati. Tentu saja, aroma semerbak melati menguar jika berdekatan dengan sosoknya.

***

"Ndhuk, belikan bunga tiga warna di pasar. Kembang boreh lengkap, ya! Sekalian kemenyan juga sudah habis!" ujar sosok yang kusapa bapak, padahal sebenarnya kakek dari pihak ibuku.

Kakeknya memeluk aliran kepercayaan kejawen. Beliau memiliki komunitas unik dan aneh. Sering  menggelar ibadah kepercayaan dengan mengundang beberapa orang saat malam di rumah. Adapun ritual itu harus diperlengkapi dengan membakar kemenyan, mempersiapkan beberapa jenis dan warna bunga.

Setelah hampir setengah abad, sebenarnya aku lupa-lupa ingat dengan prosesi ritual tersebut. Namun, satu yang masih tercatat dalam memori. Dalam pertemuan tersebut ada seseorang yang menyuarakan perkataan arwah. Semacam jaelangkung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun