"Mak, aku lapar sekali!" teriak Loli.
Sang induk diam saja. Namun, tetiba sarang hangat itu diobrak-abrik oleh induknya. Dibuangnyalah helaian sayap dan bulu tipis hangat di sarang. Carang dan ranting pun dibuang ke jurang. Dirusak sama sekali.
Mereka berdua menjerit-jerit, menangis, dan berpelukan kakak adik. Tidak tahu mengapa sang induk sedang marah besar seperti kesetanan. Loli dan Luli makin ketakutan.
"Mak, jangan marah begitu!" kata Loli membuat iba.
"Iya, Mak. Apa salah kami?" kata Luli sambil menitikkan air mata.
Tetiba sang induk mendorong Loli. Padahal di bawah ada dasar jurang yang sangat dalam. Loli menangis, ketakutan. Loli berteriak-teriak sambil mencoba mengepak-kepakkan sayapnya.
"Ohhh, ... aku takut, Mak!" teriaknya gelagapan karena dia belum bisa terbang.
Induknya membiarkan saja. Hingga sampai di tengah-tengah, Loli hampir jatuh, spontan sang induk melesat ke bawah. Ditolongnya Loli. Loli jatuh tepat berada di punggung sang induk. Loli sangat ketakutan. Dibawanya ke atas oleh sang induk. Akan tetapi, tiba-tiba sang induk memiringkan badan sehingga Loli terjatuh.
Segera dibentangkan sayap kecilnya dan dia pun belajar mengepakkan sayapnya. Saat hampir sampai di bawah, sang induk kembali melesat. Sang induk tepat berada di bawah sehingga Loli pun selamat. Dibawanya Loli ke bekas sarang.
Sekarang giliran Luli. Luli sedang bersembunyi di balik batuan, tetapi datanglah sang induk dan mendorongnya hingga jatuh ke jurang. Akan tetapi, Luli kecil pun tidak kehilangan akal. Dia juga berusaha mengepak-kepakkan sayap kecilnya. Terbang terhuyung-huyung. Saat angin kencang, Luli berteriak-teriak memanggil sang induk, tetapi sang induk membiarkan, pura-pura tidak tahu. Saat hampir sampai jurang, sang induk melesat secepat kilat. Tepat berada di bawah Luli. Luli dibopongnya untuk naik ke tebing tinggi.
Belum sampai di puncak, Luli dilemparkan ke udara oleh sang induk. Luli menjerit-jerit. Untunglah dia sadar harus tetap mengepakkan sayap sehingga tidak terjatuh ke jurang.