Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Potret Pertemanan

10 September 2024   17:08 Diperbarui: 10 September 2024   17:31 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Potret Pertemanan  
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Miu, seekor kucing remaja lucu, memiliki beberapa kawan setia. Ada Dogi seekor anjing kampung yang sangat pintar, juga sepasang ayam bernama Blorok dan Blirik. Kedua ayam itu sedang mengerami telur mereka sehingga tidak ikut bersantai bersama-sama.

Selain itu, ada juga si Cici seekor kelinci abu-abu yang lincah. Juga ada dua ekor oter bernama Aping dan Apung. Kedua oter ini sering ikutan gradak-gruduk. Akan tetapi, mereka berdua ini paling senang kalau bermain ke tepian sungai. Maklum, mereka  memang hewan air dengan makanan utama ikan-ikan kecil. Para hewan ini bersahabat baik dan sering bermain bersama-sama.

Miu memiliki bulu berwarna kecokelatan dan putih. Matanya berwarna biru sehingga menambah ketampanan kucing remaja itu. Karena usianya masih relatif muda, ia sangat senang bereksplorasi ke sana kemari. Sambil bernyanyi dan menari-nari diikuti oleh kawan-kawan yang lain.

Ketika beberapa hewan itu sedang bercengkerama di sebuah tanah agak lapang, tiba-tiba terlihat seekor elang hendak menukik turun.

"Meoooong ... tolonggg ... tolooong!" seru Miu lantang meminta pertolongan.

Demikian pula si Dogi. Dengan riuh ia menyalak nyaring sehingga beberapa hewan lain pun terheran-heran. Hewan-hewan itu segera menuju sumber suara. Beramai-ramai datanglah beberapa hewan siap menolong Miu dan kawan-kawan.

Ternyata, si Cici kelinci disergap secepat kilat oleh seekor elang dan hendak diterbangkan ke angkasa.

Dengan gesit Dogi berlari untuk menyelamatkan Cici. Ia bisa melompat dan berhasil menggigit kaki si kelinci sehingga kelinci menangis meronta-ronta. Karena bergerak-gerak, terbang elang pun oleng. Ia tidak bisa terbang dengan leluasa. Apalagi bukan hanya kelinci yang dibawa, si Dogi pun terbawa. Berat nian beban elang.

Miu yang mengeong-ngeong pun mengejar di bawah elang yang sedang digelantungi dua hewan sahabatnya. Karena teriakan kucing, hewan-hewan lain pun ikut mengejar.

Ada Bruno, si anjing herder yang cukup galak dan menakutkan. Bruno berlari di bawah elang sambil hendak menggigit kaki Dogi.
Elang kian kebingungan. Banyak sekali hewan yang ikut mengejar sehingga ia menjadi makin grogi. Terbangnya pun kian rendah tidak terarah. Ia sempoyongan. Apalagi tiba-tiba angin kencang datang dari arah berlawanan.

Seolah-olah si angin hendak menolong beberapa hewan yang sedang berada di dalam cengkeraman elang. Angin seperti hendak menolong Kelinci yang sedang dalam penderitaan. Cici kelinci sangat ketakutan karena pikirnya ia pasti akan dibunuh oleh elang.

"Pencuriii ... elang jahat! Elang pencuri!" teriakan hewan yang berada di bawahnya membuat telinga elang pekak dan risih.

"Hah? Apa kata kalian?" serunya.

"Elang bodoh! Elang jahat!" jawab hewan lain meneriaki lantang.

Karena tidak berkonsentrasi, akhirnya elang menabrak batu besar sehingga terjatuh berdebum. Kelinci yang terlepas dari genggaman cakar elang segera melompat dan berlari menjauh. Ia segera mencari persembunyian di balik batu. Demikian pula si Dogi. Ia melepaskan gigitan pada kaki kelinci secara spontan. Sementara, si Bruno justru menggigit leher elang yang tampak kepayahan.

"Kena kau!" Miu juga menerkam sayap elang yang sedang kesakitan.

"Ampuuunn! Ampun!" ujar elang di sela-sela rintihnya.

"Makanya jangan sembarangan sergap!" jawab Bruno lantang.

"Kamu sok jagoan! Tidak punya belas kasihan!" olok Dogi dengan jengkel.

"Aku lapar, Kawan!" dalih elang.

"Apa?! Kawan?! Sejak kapan kita berkawan, ha? Yang namanya kawan itu tidak selalu menyakiti dan memangsa seperti itu. Itu namanya lawan, bukan kawan! Kamu bisa membedakan, enggak sih?" sergah Miu sambil berkacak pinggang.

"Harusnya ... makananmu itu ular! Bukan kelinci!" sambut Dogi.

"I-iya ... maafkan daku!"

"Oke, kali ini kamu kami maafkan! Namun, kamu juga harus minta maaf kepada kelinci dan berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama lagi! Sanggup?" tantang si Bruno herder.

"Iya ... iya. Maafkan daku, Kelinci!" ucap elang.

"Kelinci ketakutan, tuh! Ia bersembunyi di liang!" kata Miu.

"Tolong panggilkan, dong!" pinta si elang.

Hewan lain berusaha memanggil dan menghadirkan si Cici Kelinci ke dekat elang. Akan tetapi, tentu saja kelinci gemetar ketakutan.

"Lihat! Sahabatku yang cantik ini sampai gemetaran karena ulahmu, Elang! Kamu sungguh sangat berdosa!" ujar Miu.

"Maafkan daku, Kelinci! Aku tidak akan mengusikmu lagi!" janjinya.

"Janji, ya!" seru Bruno, "Jika melanggar, kau akan kucincang!"

"Siap. Aku berjanji akan mencari ular sebagai makanan!" janji si elang.

"Oke! Disaksikan segenap hewan yang ada, kalau sampai ingkar janji ... akan kita apakan, Kawan-kawan?"

"Kita bakar hidup-hidup!" seru hewan-hewan itu serentak.

Tiba-tiba Aping dan Apung maju menyerang elang bersama-sama sehingga si elang kewalahan.

"Kami buat begini!" seru Aping dan Apung sambil menerjang elang hingga kalang kabut.

"Nah, hahahaha ... bagus! Aping dan Apung pun bisa marrah ternyata!" sorak hewan lain.

"A-am-ampuuun!" Elang kini gemetaran mendengar hendak dibakar hidup-hidup.

"Kamu bisa dipercaya, enggak?!" bentak Miu.

"Bi-bisa!" sanggup si elang menunduk.

"Oke! Mari kita lepaskan elang ini, bagaimana?" usul Dogi.

"Baiklah! Mari kita pulang! Kita tinggalkan elang sendiri biar merenungi kesalahannya!"

"Ayooo ...!"

Hewan-hewan itu pun segera meninggalkan elang yang sedang kesakitan sendirian. Air matanya meleleh menyaksikan hewan lain bisa berteman dengan rukun, tetapi ia dibiarkan sendirian.  

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun