Seolah-olah si angin hendak menolong beberapa hewan yang sedang berada di dalam cengkeraman elang. Angin seperti hendak menolong Kelinci yang sedang dalam penderitaan. Cici kelinci sangat ketakutan karena pikirnya ia pasti akan dibunuh oleh elang.
"Pencuriii ... elang jahat! Elang pencuri!" teriakan hewan yang berada di bawahnya membuat telinga elang pekak dan risih.
"Hah? Apa kata kalian?" serunya.
"Elang bodoh! Elang jahat!" jawab hewan lain meneriaki lantang.
Karena tidak berkonsentrasi, akhirnya elang menabrak batu besar sehingga terjatuh berdebum. Kelinci yang terlepas dari genggaman cakar elang segera melompat dan berlari menjauh. Ia segera mencari persembunyian di balik batu. Demikian pula si Dogi. Ia melepaskan gigitan pada kaki kelinci secara spontan. Sementara, si Bruno justru menggigit leher elang yang tampak kepayahan.
"Kena kau!" Miu juga menerkam sayap elang yang sedang kesakitan.
"Ampuuunn! Ampun!" ujar elang di sela-sela rintihnya.
"Makanya jangan sembarangan sergap!" jawab Bruno lantang.
"Kamu sok jagoan! Tidak punya belas kasihan!" olok Dogi dengan jengkel.
"Aku lapar, Kawan!" dalih elang.
"Apa?! Kawan?! Sejak kapan kita berkawan, ha? Yang namanya kawan itu tidak selalu menyakiti dan memangsa seperti itu. Itu namanya lawan, bukan kawan! Kamu bisa membedakan, enggak sih?" sergah Miu sambil berkacak pinggang.