Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Flash Fiction: Meski Mini Sarat Aksi

7 September 2024   16:14 Diperbarui: 7 September 2024   16:32 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pengkolan jalan dilihatnya seorang tukang becak sedang mangkal. Tanpa menawar, ia langsung  naik ke becak.

    "Klampok Kasri, Pak!"

    Tukang becak segera mengayuh tanpa suara. Wanita yang sesehari berprofesi sebagai guru itu kedinginan, jaketnya tertinggal di sandaran kursi ruang rawat inap. Beruntung scarf  lembut masih melilit lehernya. Untuk mengusir dingin, kedua lengan di-sedakep-kan di depan dada.

Becak terasa berjalan sangat lambat. Pengayuh becak sama sekali tidak berbicara, hanya desah napas diselingi derit pedal yang terdengar jelas. Maka, diisinya waktu dengan memuji Tuhan. Beberapa lagu rohani yang dihafal disenandungkan dengan penghayatan.

Jalanan sangat sepi. Tidak ada satu kendaraan pun berpapasan dengannya. Melewati jalur kota yang biasanya ramai, kini terasa sangat sunyi. Jalan terasa sangat lapang dan lengang.

    Sesampai perempatan yang terkenal dengan sebutan Beatrik, jalanan agak naik. Tukang becak turun dan mendorong becaknya dengan berat. Tiba-tiba ban becak kempes sehingga tampak kesulitan mendorongnya.

Wanita bercelana jeans itu tahu diri. Tanpa dikomando melompat turun. Karena merasa agak dekat dengan rumah, dikatakannya cukup sampai di tempat itu saja. Sambil berniat berolahraga dan mengusir dingin, ia berinisiatif melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Diambilnya  dompet dan diberikan sejumlah uang lelah kepada tukang becak itu.

Setelah menerima uang, tukang becak tentu saja berhenti. Dia duduk di tempat sepi itu. Rupanya sangat kelelahan.
Dahinya mengernyit. Mengapa tukang becak tidak mengucapkan sepatah kata pun? Meski  ia ulurkan tangan memberikan uang sambil mengucapkan terima kasih, itu pun tidak direspons. Namun, sambil menyisir rambut dengan jari tangan, dicoba memahami dan tak berburuk sangka. Bisa jadi si tukang becak tunawicara, bukan?

Dilanjutkan perjalanan agak berlari. Satu kilometer lagi toh sudah sampai. Tinggal belok kanan melewati gang kampung. Sudah  agak remang menuju terang. Arloji menunjuk angka 04.20.

Tetiba terdengar deru mesin sepeda motor dari belakang. Mengetahui berjalan sendiri, pengendara bertanya.

"Mbak Andin? Dari mana pagi-pagi begini,  sendirian?" Tetangganya, petugas Kamling sedang berkeliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun