"Ohh... berapa lama aku memikirkan si bocah hingga lupa harus membubuhkan tanda tangan di proposal ini!" ternyata dia keasyikan dengan khayalnya...
Tak sabar  menunggu minggu depan. Ketika Jumat merambat lambat, segera ditancap gas menuju panti asuhan.  Dibawakannya  beberapa dieskas, replika sepeda motor yang baru dipesan. Â
"Mudah-mudahan dia suka...!" gumamnya.
 Dua jam perjalanan cukup membuat lelah. Namun, harapan untuk mendengar celoteh si kecil merupakan motivasi terbesar baginya.
Ketika sampai di panti, segera disampaikan niatnya untuk bertemu si kecil. Tentu saja setelah mengisi buku tamu dan memasukkan sesuatu ke dalam kotak amal tanpa ditulis nama dan nominal. Dimasukkannya ke dalam amplop putih yang disiapkan di tempat itu juga.
"Maaf, Pak. Si kecil sudah diadopsi!"
Seketika tubuhnya terkulai.
"Haruskah aku mencarinya?" batinnya. Sementara di tangannya masih terpegang erat dieskas itu ....
***
"Bapak Haris Setyo Nugroho, poli rehab medik!" panggilan terdengar menggema. Dengan menyeret kaki kiri, pasien stroke itu mendekati loket. Tangan kanan memegang tongkat penyangga. Setelah menandatangani berkas, ia berjalan tertatih menuju lift yang akan membawa ke lantai tiga.
"Ma, namanya sama dengan namaku!?" Â tanya seorang pemuda terheran-heran.
Ditolehnya sang mama di sebelah. Mereka berdua sedang mengambil karcis antrean.
Sang mama tersentak. Diperhatikanlah pasien stroke itu  saksama. Spontan ditariknya  si pemuda mengikuti pasien yang baru  lewat. Pria paruh baya dengan nama sama itu memasuki lift.