"Iya. Aku kan senior! Harusnya kita take and give, ya. Saling memberi dan menerima. Simbiosis mutualisme, gitu! Apalagi, aku juga sering mendengar para manusia itu mencari kegembiraan dengan cara apa pun. Katanya, sih ... hati yang gembira itu adalah obat!"
"Waow! Kamu burung hebat! Banyak mengetahui seluk-beluk kondisi manusia!" seru seekor kutilang muda.
"Simbiosis mutualisme itu apa?" tanya seekor burung muda.
"Oh, artinya saling membantu. Sama-sama berguna, gitu. Kalau mereka menyediakan makanan, kita wajib berterima kasih dengan memberikan nyanyian, kicauan merdu! Begitu!" jelasnya rinci.
"Waahh ... hebat-hebat!" puji beberapa ekor hewan bersamaan.
Kutilang dan trocokan liar sebagai sesama burung pekicau memang selalu akur, kawanan mereka tidak pernah bertempur.
"Kamu pun bisa hebat. Syaratnya ... banyak mendengar dan menyimpan apayang didengar itu di dalam hati. Lalu, diterapkan pada situasi yang sesuai!" ujar si senior merendah.
"Hai, kucing betina yang cantik!" sapa senior kepada kucing yang sedang melamun di bawah pohon.
"Kamu sedang ngapain?" lanjutnya.
"Hmm ... sebenarnya ... aku sedang berduka. Anakku tiga hari lalu meninggal dunia!" cerita si Cantik dengan mata berkaca-kaca.
"Oh, begitu. Aku ikut berbela sungkawa, ya! Tapi ... saranku, jangan terlalu larut dalam duka. Ingat, hati yang gembira adalah obat! Bergembiralah, Kawan!"