Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kumbang dan Kupu-Kupu

30 Agustus 2024   17:12 Diperbarui: 30 Agustus 2024   17:33 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Nah, ya sudah! Itulah kesalahanmu! Jangan salahkan binatang lain yang lebih dulu mengisapnya. Aku aja nggak marah ketika semut dan Kolibri mendahului!" Maksud Kupu kupu menasihati Kumbang.

"Ohhh, jadi ... karena kamu benci, dendam, kamu sengaja mau menabrak Kupu-kupu, begitu ya?" Tanya Kolibri kepada Kumbang.

Kumbang diam saja sehingga Kolibri melanjutkan ucapannya.


"Aduuuhhh ... Kang Kumbang! Taman bunga ini bebas untuk siapa saja. Jangan pikir kamu mendapat sisa dari binatang lain kalau kamu memang datang siang. Nikmati saja apa yang kamu dapatkan karena memang sudah didahului yang lain. Lah, kalau nggak mau seperti itu, ya ... carilah makanan lebih pagi lagi! 


"Nah, iya! Itu baru betul. Jangan melampiaskan kekesalan pada binatang lain. Apalagi mengolok masa lalunya. Kalau aku dulu semula ulat yang jelek, menggatalkan, dan menjijikkan, makanya aku bertapa menjadi kepompong. Aku berpuasa dan bermohon kepada Sang Pencipta agar diubah-Nya jadi baik, maka Tuhan memberiku hadiah warna sayap yang indah dan menyenangkan siapa pun yang melihatku!" papar Kupu-kupu.


"Iya, betul itu. Memang Kupu-kupu diciptakan seperti itu, dan Kang Kumbang juga seperti itu. Nah, aku? Walaupun burung paling kecil, aku juga bermanfaat. Maka, harusnya kita syukuri keadaan diri kita masing-masing. Tidak perlu mengolok, menghina, maupun mengejek yang lain. Rukun itu lebih indah loh!" petuah Kolibri tenang.


"Iya ... manusia bilang dalam Bahasa Jawa: rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Artinya, jika hidup rukun, kita menjadi kuat. Namun, jika tidak rukun, persahabatan kita pun tidak kuat." Lanjut Kupu-kupu sambil membetulkan kaki yang hampir terpeleset menginjak kuntum bunga.


"Nah, betul ... aku juga pernah mendengar istilah Bhineka Tunggal Ika, artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu jua!" kata Kolibri bangga. "Nah, ayo Kang Kumbang ... kalau kamu sudah menyadari kekeliruanmu, segeralah meminta maaf!"


"Tidak meminta maaf pun sudah kumaafkan kok, Sahabatku Kolibri. Aku tahu, dia memang kurang ajar!" ulas Kupu-kupu.


"Kalau kamu sudah memaafkan, artinya kamu tidak mengungkit-ungkit lagi. Juga jangan menghakimi begitu. Iya, memang ... Kang Kumbang ini ... maaf ya Kang ... tampangnya jelek sih. Akan tetapi, kita tidak boleh menghina makhluk lain. Sebab menghina sesamanya itu sama dengan menghina penciptanya, menghina Tuhan. Dosa, tahu!" sanggah Kolibri pada Kupu-kupu.


"Kalau kamu seperti itu, Yu Kupu, namanya kamu juga sombong! Ada loh istilah Bahasa Inggris begini Don't judge a book by its cover. Dalam Bahasa Indonesia artinya jangan menilai suatu hal dari penampilan luarnya. Nah, Kang Kumbang yang tampak jelek ini belum tentu hatinya juga jelek. Benar begitu, kan Kang? Kalau memang Kang Kumbang jelek luar dalam ya ... menurutku perlu diperbaiki!" lanjut Kolibri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun