Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Dia Tiada

28 Agustus 2024   10:25 Diperbarui: 28 Agustus 2024   10:55 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kerja apa?" selidikku.

"Dulu aku pernah ikut salon. Aku bisa potong rambut di Barbershop ternama. Gajinya lumayan."

"Wah, baguslah."

"Tapi ... aku tidak punya ongkos untuk ke sana."

Itu antara lain inti percakapan kami di messenger.

Aku tidak menghiraukannya. Namun, suatu saat entah bagaimana, aku memberikan komentar pada unggahannya saat sedang siaran langsung memainkan keyboard pada suatu pesta. Berawal dari komentarku itu, seseorang tiba-tiba mengirimkan pesan pada messenger-ku.

"Hai, perempuan gila! Dasar perempuan gatal! Ingatlah suamimu. Jangan ganggu lelakiku!"

Aku tersentak dengan pesan tersebut. Berintrospeksi diri. Siapakah orang ini sehingga mengataiku seperti itu. Tidak menunda-nunda, aku menanyakan kepada pemuda itu, mengapa seseorang mengatai aku seperti itu. Siapa dia dan ada hubungan apa dengannya?

Di sisi lain, aku  pun meminta berteman dengan perempuan itu menggunakan akun yang satu. Diterima. Rupanya perempuan itu tidak mengetahui kalau itu aku. Nah, dari sana aku ketahui foto-foto yang diunggah oleh ibu tersebut. Masih lumayan muda, cantik, berusia sekitar empat puluhan, seorang tenaga pendidik berstatus PNS. Sekaligus janda tanpa anak. Suaminya  meninggal beberapa bulan sebelumnya.

Memperoleh pesan dengan kata-kata menyakitkan itu, sebenarnya sangat meresahkan dan membuatku tidak damai sejahtera. Sedih, sakit, marah, sekaligus malu berbaur menjadi satu. Namun, aku masih bertahan.

Entah bagaimana, aku sudah lupa, akhirnya aku mengirim ongkos perjalanan kepada si pemuda untuk bisa bekerja di Medan. Menurutku aku hanya ingin memberikan peluang agar hidupnya lebih baik tanpa embel-embel kepentingan apa pun. Aku mengirimkan dengan ikhlas dan tanpa beban. Lumayan, satu kali gajiku selama sebulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun