Rupanya ada ikan lain yang melihatku. Sepertinya, ia merasa heran mengapa ikan koi sepertiku bisa berada di tempat seperti ini.
Ternyata, ia adalah seekor ikan gurame jantan, badannya pipih agak panjang dan lebar. Sisiknya terlihat sangat kuat dengan tepi agak kasar. Sirip punggung, dubur, dan ekor terlihat sangat khas. Sepertinya ikan gurame ini masih terdiam memandangiku. Terpesona.
Karena  mulai terasa risi sedikit malu, akhirnya aku memberanikan diri dengan mulai  berbicara padanya.
"Halo? Kamu baik-baik saja? Halo?" Ia masih terus melihat ke arahku. "Aduh, maaf. Baru kali ini aku melihat ikan Koi sepertimu. Aku  langsung terpesona," katanya jujur.
Tatap nanar ikan  gurame itu tidak lepas dari sosok ragaku. Rupanya, ia sangat kaget sekaligus kagum padaku.
"Aku juga baru melihat ikan gurame sepertimu, Kawan!" ujarku padanya.
"Begitukah? Tapi melihat ikan gurame sepertiku tidak ada menariknya, kan? Sangat berbeda dengan ikan koi sepertimu yang memiliki warna indah!"
Ikan  gurame itu tampak insecure saat membandingkan dirinya denganku.
 "Tidak, kamu salah! Ikan gurame sepertimu terlihat sangat kuat dan gagah. Kamu  harus percaya diri," pujiku padanya.
 "Benarkah? Terima kasih, Kawan! Aku  senang mendengarnya!"
"Iya, masing-masing ciptaan ada gunanya sendiri-sendiri! Kalau jenismu dimanfaatkan sebagai bahan pangan dengan kandungan nutrisi luar biasa, aku diciptakan sebagai ikan hias. Namun, apa pun fungsinya, kita pasti akan berguna. Allah telah menciptakan kita dengan bijaksana!" uraiku.
"Hmm, benar juga, sih! Terima kasih atas pujianmu!" lirihnya malu-malu.
"Oh ya, namaku Koisan. Aku baru saja tersadar dari pingsan. Saat  hujan deras aku terbawa arus air sampai ke sini." Kuperkenalkan diri dengan memberitahu kondisiku saat ini.