Ketiga sahabat itu akhirnya bersalaman, bermaafan, dan berpelukan. Teko tidak lagi berkeluh kesah. Mug tidak lagi gampang marah. Itulah persahabatan yang damai sejahtera. Walaupun piring seolah tidak berdaya, ternyata ia mempunyai wawasan pengetahuan luas luar biasa. Ia mampu melerai perdebatan. Ia menjadi pendamai di antara kedua sahabatnya.
"Wah, bersyukur memiliki teman sepertimu, Ring! Aku tidak menyangka bahwa sedewasa ini pemikiranmu!" kata Teko.
"Ah, biasa saja. Kebetulan saja. Enggak ada istimewanya, kok. Justru kalianlah yang luar biasa. Kalian memiliki potensi yang bisa dikembangkan lebih baik lagi!" ujar piring kecil merendah.
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H