Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasihat Bijak

21 Agustus 2024   06:58 Diperbarui: 21 Agustus 2024   08:20 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, sudah! Jangan pikirkan sakitmu! Berpikirlah yang indah-indah, yang menyenangkan!"

"Bagaimana caranya, Ring?"

"Saat kamu awal-awal dibawa ke rumah ini, kamu pernah merasa senang, kan? Nah, ingat-ingatlah hal-hal yang menyenangkanmu itu! Dengan demikian, pikiran positif yang menguasai hati dan pikiranmu, Ko!" nasihat si piring kecil.

"Iya, benar! Kalau kamu sedang sakit, justru ingatlah saat sehat. Coba, pikir. Jika dibandingkan, antara sakit dan sehat, lebih banyak mana yang kau terima dan rasakan?" tanya Mug besar.

"Iya, sih. Banyak sehatnya daripada sakitnya!" jawab Teko tersenyum malu.

"Na, ya ... itulah! Itu yang harus kamu syukuri! Banyak peralatan dapur di rumah ini yang tidak terpakai dan menggeletak begitu saja, tetapi mereka tidak mengeluh, kan? Apakah kamu tahu bagaimana perasaan panci bocor yang kini disia-siakan itu? Walaupun akhirnya fungsinya berubah menjadi pengganti pot, ia diam saja! Nggak kayak kamu! Sakit sedikit saja merepet. Berisik, tahu!" Mug berpetuah panjang lebar dengan sangat serius.

Teko makin menunduk. Menyadari bahwa ulah yang dilakukannya salah, ia mencoba bersenandung dengan lirih.

"Hmmm, bersenandung begitu lebih bagus daripada merepet. Sakit telingaku mendengar keluh kesahmu! Memang kamu saja yang mengalami permasalahan? Enggak, kan?" pelotot Mug membuat Teko makin merasa rendah diri.

"Ah, Mug! Jangan terlalu keras kalau menasihati. Jatuhnya kamu malah mem-bully nanti!" ujar piring kecil.

"Jengkel dan kesal aku mendengar suara paraunya, Ring!" dalih si Mug mengelak.

"Hmmm, jadinya kalian malah seperti bertengkar, tahu! Telingaku pun sakit mendengarnya! Makanya, kalau bertutur itu jangan nge-gas! Volumenya biasa saja, netral. Bahkan, lebih bagus dengan nada rendah dan lembut. Dengan demikian, lawan tutur kita tidak akan sakit hati dan salah paham!" jelasnya santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun