"Monggo, Bu. Terima kasih atas kehadiran dan kepedulian Ibu dan Mas untuk kebaikan siswa-siswi kami. Semoga putri Ibu sanggup memikul beban dengan lebih bijaksana."
"Amin."
***
Dalam perjalanan Bunda dan Bagus memperbincangkan agenda yang harus dilakukan oleh Melani agar perhatiannya tidak terfokus pada permasalahan yang dihadapinya.
"Kayaknya kita perlu tahu kesukaan Melani, Bunda. Kalau saran saya, Lani bisa diikutkan les, misalnya piano, bahasa inggris, speaking, modeling, gitu-gitu sesuai minat dan bakatnya!"
"Hmm ... iya, ya. Ddengan mengikuti les yang disukai, Bunda rasa konsentrasinya bukan lagi ke arah penderitaan, melainkan pada usaha mempelajari hal-hal baru. Lalu, mungkin ... jangkauan pertemanannya pun kian luas sehingga tidak hanya berkutat dengan teman pergaulan yang menjadi toxid itu. Benar, kan?"
"Nah, sepemahaman Bunda. Bagus pikir ia harus keluar dari lingkar pertemanan yang membuatnya sakit dan pedih itu!"
"Nah, tugas Nak Bagus berikutnya adalah ... mengorek apa yang diinginkan sebagai langkah untuk menghindari hal menyakitkan itu. Nanti Bunda juga pelan-pelan akan masuk ke dalam kehidupannya. Bagaimana? Apa Nak Bagus siap membantu Lani dan Bunda?"
"Siap, Bun! Bagus juga ingin melanjutkan ke Universitas Terbuka, mengambil jurusan psikologi! Tujuannya agar Bagus tahu ilmu psikologi lebih dalam sehingga bisa membantu adik-adik remaja keluar dari kasus mereka!"
"Wuahhh ... good idea! Lah, apa tugasmu di FK tidak berat, kok mau ambil jurusan lain?"
"Saya kira kalau di UT, bisa diakali, Bunda."