Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Silent of Love (Part 8)

16 Agustus 2024   02:12 Diperbarui: 16 Agustus 2024   02:47 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B


Masih Ada Tempat

"Lani ... apa kamu baik-baik saja?" tanya Bagus.

"Iya, Kak," jawabnya dengan lesu.

"Kok Kakak melihat kesedihan di manik netramu?" selidik Bagus lembut.

"Kaaak ...," jawab sendu Lani dengan netra berkaca-kaca.

"Ya, Dik! Ada apa? Kamu bisa mempercayai Kakak, loh!"

"Mmmmh ...."

"Yuk, kita bincang santai. Lani mau di mana? Di ruang diskusi atas, atau di mana?"

"Boleh di ruang tamu sajakah?"

"Boleh, ayo ...!" Bagus menggandeng tangan kiri Lani dengan tangan kanannya.

***

"Ada masalah apa, Dik? Kamu biasanya terbuka sama Kakak, loh. Jangan khawatir, Kakak akan jaga dan simpan rahasia pribadimu, khusus cuma buat Kakak. Kamu bisa mempercayai Kakak 100, bahkan 1000%!" ujar Bagus sambil menawarkan kelingking tangan kanan agar dikait oleh Lani sebagai janji setia untuk memegang rahasianya.

Lani tersenyum selintas. Kemudian mencari posisi duduk nyaman di sofa ruang tamu yang cukup sepi itu. Sang bunda dan kakak sulung berusaha sedikit menjauh dan pura-pura tidak mengetahui apa yang diperbincangkan oleh Lani dengan Bagus. Kedua anggota keluarga itu merasa beruntung dan bersyukur, Lani bersedia mengemukakan permasalahan yang mengganggu hidup dan pemikirannya. Sebab, kalau misalnya tidak terbuka, bisa saja menjadi stres berkepanjangan dan berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa dan mentalnya.

"Lani, memang masa remaja yang disebut juga masa pubertas itu bukan masa yang mudah. Justru merupakan masa sulit karena kita mengalami masalah kompleks dari diri kita sendiri, ditambah dari lingkungan kita. Dari dalam, berupa gejolak berbagai rasa, misalnya ... kalau lelaki, mulai munculnya jakun sehingga terjadi perubahan suara. Timbulnya aneka bulu di beberapa daerah istimewa yang menimbulkan problematika juga. 

Hal-hal tersebut menjadi masalah pribadi bagi masing-masing individu. Belum lagi tanggapan lingkungan kita, baik dari dalam keluarga, teman pergaulan, teman sekolah, bahkan masyarakat sekitar. Karena itu, kita memang harus pandai-pandai memilah dan memilih teman agar tidak menimbulkan kekacauan di dalam proses tumbuh kembang menuju kedewasaan!" urai Bagus dengan lembut.

Air mata Lani mulai mengucur perlahan-lahan. Sambil sesekali menyeka air mata itu dengan tisu, Lani terisak dan berupaya hendak menjelaskan permasalahan.

"Kalau kamu bersedia jujur, Kakak berterima kasih, loh. Karena, Kakak pun tahun depan ini hendak masuk jurusan psikologi di Universitas Terbuka. Cita-cita Kakak ingin bisa membantu adik-adik remaja seperti Lani untuk bisa mengenali diri dan potensi sehingga bisa menghadapi masalah dengan tegar. Hal itu terinspirasi dari sahabat masa kecil Kakak. Ia seorang anak semata wayang yang tidak memiliki teman bergaul karena dikucilkan oleh teman-temannya. Akibatnya, teman Kakak tersebut justru mencoba bundir. Kasihan, kan?"

"Kak ...," isak Lani.

"Ya, Dik. Termasuk saat ini. Seandainya Adik bersedia mencurahkan isi hati dan masalah kepada Kakak, akan Kakak tampung dan bantu mengatasi serta mencarikan solusinya. Dengan demikian, Adik tidak seorang diri menghadapinya, tetapi setidaknya ada kawan untuk saling share, take, and give. Adik tidak sendirian, kok! Bagilah beban berat Adik sama Kakak seperti biasanya kalau Adik ingin bertanya tentang mata pelajaran sulit!" tawar Bagus serius.

"Lani sedih banget, Kak!"

"Iya, Dik. Coba ceritakan pada Kakak pelan-pelan dan satu demi satu, ya! Kakak punya waktu sekitar satu jam, berharap Adik bisa menyelesaikan dalam waktu tersebut!"

"Baiklah, Kak!"

Bagus tersenyum sambil memegang tangan Lani dengan lembut. "Tidak ada masalah yang tanpa solusi, Dik! Yakinlah, masalah itu sama dengan cabai yang ada di bumbu masakan bunda atau ART kita. Pedasnya hanya sebentar. 

Paling-paling di mulut sekitar beberapa menit saja, tetapi membuat masakan tersebut segera habis karena selera kita tinggi menyantapnya. Akan selalu ada masalah di dalam hidup kita. Bukan berakhir, melainkan hadir lagi masalah yang mungkin lebih besar malah! Namun, dengan pengalaman sebelumnya, kita makin menjadi kuat dan tegar, loh!"

"Gitu, ya?" sambut Lani dengan belalak netra.

"Iya, dong, Dik! Masalah-masalah itu, sama seperti soal-soal yang disajikan oleh guru kita di sekolah. Makin tinggi kelas kita, makin sulit dan rumit soal yang dibuatnya. Adik merasa demikian, tidak?"

"Iya, sih!"

"Nah, soal materi Biologi yang kemarin Adik tanyakan untuk kelas 10, apakah sama dengan soal materi Biologi untuk Dik Lina di kelas 8 SMP?"

"Nggak-lah Kak!" jawab Lani sambil menggeleng perlahan.

"Nah, itu tahu! Artinya, masalah Adik yang sekarang, pasti bisa Adik selesaikan sehingga nanti jika permasalahan yang lebih besar hadir, Adik sudah mampu menghadapinya dengan lebih tegar!"

"Mmmm .... Kok masalah datang melulu, ya Kak!"

"Kalau kita masih dianugerahi kesempatan bernapas, Allah pun melatih dan mendidik kita melalui berbagai masalah itu. Sebagai ujian iman, dong! Dengan ujian tersebut, iman kita akan  makin tebal! Ya, Tuhan tidak pernah menegakan dan meninggalkan kita, loh! Tuhan senantiasa membersamai dan memberkati setiap kita. Apalagi ... kalau kita pun selalu mendekat, mendekatkan diri, dan mengadukan permasalahan kepada-Nya! Masalah itu sebenarnya ... masa mendekat kepada Allah, loh!"

"Jadi?"

"Ya, Dik. Kita bisa mengadu dan mengaduh kepada-Nya. Sementara, jawabannya bisa saja Allah memakai siapa pun, misalnya orang tua kita, saudara kita, pun sahabat kita. Mereka-mereka ini sebagai perpanjangan tangan Allah! Melalui nasihat atau pernyataan saudara dan sahabat dekat inilah, Tuhan menjawab permohonan dan pengaduan kita! Jadi, ... jangan segan-segan membicarakan dengan orang tua atau seseorang yang kita percayai, Dik! Semua demi kesehatan rohani, psikis, atau mental kita sendiri, kok!"  

"Loh ... jadi ...!"

"Iya, Dik ... dengan mengeluarkan semua masalah kepada Tuhan secara langsung atau berdiskusi seperti kita ini, dampaknya akan luar biasa baik bagi Adik maupun bagi kakak pribadi. Bagi Adik, semacam menguras bak  mandi di kamar mandi, setelah isinya dikuras, baknya dibersihkan, airnya diganti baru, akan menjadi clean and fresh kembali, kan? 

Sementara, bagi Kakak pun masalah Adik bisa menjadi soal istimewa. Kalau Kakak bisa membantu Adik memecahkan kesulitan yang Adik hadapi, berarti tujuan hidup Kakak tercapai. Keinginan Kakak untuk membantu adik-adik remaja pun tersalurkan juga, kan?"

"Oh, begitu ...!"

"Iya, begitu!" Bagus menjawab dengan lembut sambil tersenyum.

Ia pun masih mengusap-usap punggung tangan kiri si gadis. Seolah-olah ia ingin menyalurkan energi tersendiri agar si gadis memiliki kemampuan untuk mengibaskan rasa takut dan malu sehingga mau menceritakan semua permasalahannya.

"Makanya ... jangan segan dan enggan berbagai kepada Kakak. Bahkan, sebagai putri pertama, akan lebih bagus kalau adik pun berterus terang dan berdiskusi dengan bunda. Pasti bunda akan sangat senang mendengar curhatan putrinya. Namun, bila masih malu dan segan menceritakan kepada beliau, Kakak siap mendengarkan juga kok, Dik! Yuk, masih ada sedikit waktu kalau Adik bersedia! Kutunggu, ya!"

Tampak Melani mengambil napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan sambil mendesah lirih. 

***  

Terima kasih atas kesediaan Bapak, Ibu, dan adik-adik. Terima kasih atas support yang diberikan dalam rangka menyelesaikan calon novelet atau novela saya ini. Jika berkenan, boleh kirimkan saran atau masukan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, amin. 

***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun