Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Silent of Love (Part 8)

16 Agustus 2024   02:12 Diperbarui: 16 Agustus 2024   02:47 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Ya, Dik. Kita bisa mengadu dan mengaduh kepada-Nya. Sementara, jawabannya bisa saja Allah memakai siapa pun, misalnya orang tua kita, saudara kita, pun sahabat kita. Mereka-mereka ini sebagai perpanjangan tangan Allah! Melalui nasihat atau pernyataan saudara dan sahabat dekat inilah, Tuhan menjawab permohonan dan pengaduan kita! Jadi, ... jangan segan-segan membicarakan dengan orang tua atau seseorang yang kita percayai, Dik! Semua demi kesehatan rohani, psikis, atau mental kita sendiri, kok!"  

"Loh ... jadi ...!"

"Iya, Dik ... dengan mengeluarkan semua masalah kepada Tuhan secara langsung atau berdiskusi seperti kita ini, dampaknya akan luar biasa baik bagi Adik maupun bagi kakak pribadi. Bagi Adik, semacam menguras bak  mandi di kamar mandi, setelah isinya dikuras, baknya dibersihkan, airnya diganti baru, akan menjadi clean and fresh kembali, kan? 

Sementara, bagi Kakak pun masalah Adik bisa menjadi soal istimewa. Kalau Kakak bisa membantu Adik memecahkan kesulitan yang Adik hadapi, berarti tujuan hidup Kakak tercapai. Keinginan Kakak untuk membantu adik-adik remaja pun tersalurkan juga, kan?"

"Oh, begitu ...!"

"Iya, begitu!" Bagus menjawab dengan lembut sambil tersenyum.

Ia pun masih mengusap-usap punggung tangan kiri si gadis. Seolah-olah ia ingin menyalurkan energi tersendiri agar si gadis memiliki kemampuan untuk mengibaskan rasa takut dan malu sehingga mau menceritakan semua permasalahannya.

"Makanya ... jangan segan dan enggan berbagai kepada Kakak. Bahkan, sebagai putri pertama, akan lebih bagus kalau adik pun berterus terang dan berdiskusi dengan bunda. Pasti bunda akan sangat senang mendengar curhatan putrinya. Namun, bila masih malu dan segan menceritakan kepada beliau, Kakak siap mendengarkan juga kok, Dik! Yuk, masih ada sedikit waktu kalau Adik bersedia! Kutunggu, ya!"

Tampak Melani mengambil napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan sambil mendesah lirih. 

***  

Terima kasih atas kesediaan Bapak, Ibu, dan adik-adik. Terima kasih atas support yang diberikan dalam rangka menyelesaikan calon novelet atau novela saya ini. Jika berkenan, boleh kirimkan saran atau masukan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, amin. 

***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun