"Ada masalah apa, Dik? Kamu biasanya terbuka sama Kakak, loh. Jangan khawatir, Kakak akan jaga dan simpan rahasia pribadimu, khusus cuma buat Kakak. Kamu bisa mempercayai Kakak 100, bahkan 1000%!" ujar Bagus sambil menawarkan kelingking tangan kanan agar dikait oleh Lani sebagai janji setia untuk memegang rahasianya.
Lani tersenyum selintas. Kemudian mencari posisi duduk nyaman di sofa ruang tamu yang cukup sepi itu. Sang bunda dan kakak sulung berusaha sedikit menjauh dan pura-pura tidak mengetahui apa yang diperbincangkan oleh Lani dengan Bagus. Kedua anggota keluarga itu merasa beruntung dan bersyukur, Lani bersedia mengemukakan permasalahan yang mengganggu hidup dan pemikirannya. Sebab, kalau misalnya tidak terbuka, bisa saja menjadi stres berkepanjangan dan berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa dan mentalnya.
"Lani, memang masa remaja yang disebut juga masa pubertas itu bukan masa yang mudah. Justru merupakan masa sulit karena kita mengalami masalah kompleks dari diri kita sendiri, ditambah dari lingkungan kita. Dari dalam, berupa gejolak berbagai rasa, misalnya ... kalau lelaki, mulai munculnya jakun sehingga terjadi perubahan suara. Timbulnya aneka bulu di beberapa daerah istimewa yang menimbulkan problematika juga.Â
Hal-hal tersebut menjadi masalah pribadi bagi masing-masing individu. Belum lagi tanggapan lingkungan kita, baik dari dalam keluarga, teman pergaulan, teman sekolah, bahkan masyarakat sekitar. Karena itu, kita memang harus pandai-pandai memilah dan memilih teman agar tidak menimbulkan kekacauan di dalam proses tumbuh kembang menuju kedewasaan!" urai Bagus dengan lembut.
Air mata Lani mulai mengucur perlahan-lahan. Sambil sesekali menyeka air mata itu dengan tisu, Lani terisak dan berupaya hendak menjelaskan permasalahan.
"Kalau kamu bersedia jujur, Kakak berterima kasih, loh. Karena, Kakak pun tahun depan ini hendak masuk jurusan psikologi di Universitas Terbuka. Cita-cita Kakak ingin bisa membantu adik-adik remaja seperti Lani untuk bisa mengenali diri dan potensi sehingga bisa menghadapi masalah dengan tegar. Hal itu terinspirasi dari sahabat masa kecil Kakak. Ia seorang anak semata wayang yang tidak memiliki teman bergaul karena dikucilkan oleh teman-temannya. Akibatnya, teman Kakak tersebut justru mencoba bundir. Kasihan, kan?"
"Kak ...," isak Lani.
"Ya, Dik. Termasuk saat ini. Seandainya Adik bersedia mencurahkan isi hati dan masalah kepada Kakak, akan Kakak tampung dan bantu mengatasi serta mencarikan solusinya. Dengan demikian, Adik tidak seorang diri menghadapinya, tetapi setidaknya ada kawan untuk saling share, take, and give. Adik tidak sendirian, kok! Bagilah beban berat Adik sama Kakak seperti biasanya kalau Adik ingin bertanya tentang mata pelajaran sulit!" tawar Bagus serius.
"Lani sedih banget, Kak!"
"Iya, Dik. Coba ceritakan pada Kakak pelan-pelan dan satu demi satu, ya! Kakak punya waktu sekitar satu jam, berharap Adik bisa menyelesaikan dalam waktu tersebut!"
"Baiklah, Kak!"