"Iya, Kak. Nanti Lina akan bertanya-tanya lagi, ya! Jangan bosan ngajari Lina, ya Kak!" ajuknya.
"Baiklah, jika sudah. Terima kasih Kak, ya. Kami berdua izin turun," sulung menyalami Kak Bagus dengan hangat sementara seperti biasa Lina agak malu-malu.
"Dik Lani kok enggak ikut?" tanya Kak Bagus.
"Oh, iya ... sejak tadi siang Lani berada di dalam kamar, tidak keluar dan tidak ikut makan malam karena pintunya terkunci rapat.  Ia  tidak merespons panggilan kami," jawab sulung.
"Loh, trus ... gimana?" selidik Bagus.
"Entahlah, Kak. Tadi aku intip dari jendela sebelah, dia terbaring di ranjang, sih!"
"Wah, harus didobrak apa bagaimana? Boleh Kakak bantu?"
"Ayo, Kak ... kita temui Bunda. Barangkali Bunda punya solusinya!"
"Baiklah, mari segerakan saja!"
 ***
Ketika memperbincangkan masalah Lani yang mengubur diri sejak pulang dari sekolah dengan sang bunda, bagus meminta izin untuk berpura-pura hendak meminta tolong kepada Lani. Bagus berharap, Lani bersedia membuka pintu sehingga bisa diajak makan dan ngobrol tentang kondisinya. Apakah ada sesuatu kendala yang membuat Lani tidak mau bercerita kepada keluarga tentang permasalahan yang dihadapinya.