Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 30 judul, antologi berbagai genre 176 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Silent of Love (Part 7)

14 Agustus 2024   00:31 Diperbarui: 16 Agustus 2024   02:46 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bab 7
Ada Masalah Apa?

Siang sepulang sekolah, Lani segera mengunci diri di dalam kamar. Entah ada masalah apa. Ia tidak keluar kamar hingga sore tiba. Saat makan malam bersama keluarga pun, ia masih belum keluar dari kamar pribadinya.

"Mana, kakakmu, Lin? Coba lihat di kamarnya. Jangan-jangan ia sakit atau kenapa-napa!" ujar Bunda kepada si bontot.

"Baik, Bund. Akan Lina lihat di kamarnya."

Segera Lina bergegas menuju kamar sang kakak. Diketuknya pintu pelan dan hati-hati sambil memanggil nama sang kakak dengan lembut. Namun, beberapa lama tidak ada jawaban sehingga sang bunda pun turun tangan.

"Laaan, Laniiii!" panggil bundanya dengan cukup lantang.

Beberapa kali tidak ada respons sehingga sang bunda berinisiatif untuk meminta tolong sulung melihat dari jendela. Dengan mengambil tangga, si sulung mencoba mengintip dan mendongak lewat jendela samping.

"Bun, ia rupanya tertidur. Terbaring di bed tanpa selimut, Bun!" lapor sulung setelah mengintip kamar si adik.

"Waduuuhh .... ya, sudahlah kita tinggal saja. Nanti biar Bunda cari cara untuk masuk ke kamarnya. Kita makan saja dulu. Keburu dingin sayur sopnya!" ajak bunda.

Setengah jam berlalu tanpa suara. Sang bunda dan kedua putra-putrinya makan tanpa suara. Tidak ada canda atau laporan seperti biasanya. Situasinya sangat lain, membuat kedua kakak beradik itu pun tanpa selera untuk bercanda. Masing-masing dengan pikiran sendiri-sendiri. Entahlah, ada apa gerangan?

Setelah acara makan malam bersama selesai, Lina bertanya kepada sulung apakah bisa membantu mengatasi PR-nya.

"PR tentang apa, Dik?" tanya sulung.

"Bahasa Indonesia, Kak. Cara mencari ide pokok dan kalimat utama!"

"Waduuuhh, ampun! Kakak kurang paham. Coba ke Kak Bagus saja, biasanya Lani kan langganan bertanya kepadanya. Siapa tahu sedang tidak sibuk. Yang penting, kamu coba saja. Mau Kakak temani ke lantai dua paviliun?"

"Boleh, Kak. Soalnya besok sudah harus diserahkan!"

"Oke. Yuk, Kakak antar!"

"Nanti ... Kakak yang bantu ngomong, ya!"

"Beres! Bawa buku paket dan buku catatanmu sekalian, Dik!"

Kedua kakak beradik itu segera ke rumah sebelah, menuju lantai dua paviliun. Sang kakak segera mencari seseorang, sambil memanggil-manggil, "Kak ... Kak Bagus. Apa Kakak ada di dalam?" tanyanya.

"Ya, Dik. Ada apa?" si penguasa kamar melongok dari jendela lipat dengan antusias.

"Ini, Kak. Dik Lina mau tanya PR, sementara saya kurang mahir membantu. Bisakah Kakak membantunya?"

"Oh, oke. Tunggu di ruang diskusi, ya. Sebentar Kakak ke sana!"

***

"Oh, ini begini loh Dik, caranya. Kalimat utama itu adalah bagian penting dari sebuah paragraf. Nah, biasanya diletakkan di awal paragraf. Ada juga sih yang ditempatkan di bagian akhir, tetapi untuk tingkat SMP kebanyakan berada di awal paragraf."

"Oh, begitu. Siap, Kak. Paham."

"Nah, kalimat kedua, ketiga, dan keempat biasanya menjelaskan kalimat pertama tadi. Kalimat yang dijelaskan itu disebut kalimat utama, sedang kalimat selanjutnya yang bertugas menjelaskan, itu disebut kalimat penjelas. Kalimat utama yang berada di awal itu memuat ide pokok, Dik. Jadi, ide pokok itu berada di dalam kalimat utama dan dijelaskan dalam kalimat penjelas!"

"Ya, Kak. Lina paham sekarang. Nanti akan Lina kerjakan sendiri soal-soalnya. Terima kasih banyak, Kak!"

"Nah, sudah selesaikah, Dik?" tanya sulung yang menemani karena si adik tidak mau ditinggal gegara merasa malu.

"Iya, Kak. Sudah beres!"

"Kak, boleh kan ya ... kalau Lina bertanya-tanya lagi!"

"Boleh banget, Dik. Jangan segan dan enggan. Kakak sangat senang jika Adik terbantu oleh penjelasan Kakak tadi."

"Sangat membantu Kak, terima kasih. Maaf Lina mengganggu istirahat Kakak."

"Tidak masalah, Dik. Kakak justru senang kok. Kan kalau Adik-adik bertanya kepada Kakak, berarti Kakak memperoleh kepercayaan dari kalian. Artinya, hidup Kakak ini ada gunanya!"

"Iya, Kak. Nanti Lina akan bertanya-tanya lagi, ya! Jangan bosan ngajari Lina, ya Kak!" ajuknya.

"Baiklah, jika sudah. Terima kasih Kak, ya. Kami berdua izin turun," sulung menyalami Kak Bagus dengan hangat sementara seperti biasa Lina agak malu-malu.

"Dik Lani kok enggak ikut?" tanya Kak Bagus.

"Oh, iya ... sejak tadi siang Lani berada di dalam kamar, tidak keluar dan tidak ikut makan malam karena pintunya terkunci rapat.  Ia  tidak merespons panggilan kami," jawab sulung.

"Loh, trus ... gimana?" selidik Bagus.

"Entahlah, Kak. Tadi aku intip dari jendela sebelah, dia terbaring di ranjang, sih!"

"Wah, harus didobrak apa bagaimana? Boleh Kakak bantu?"

"Ayo, Kak ... kita temui Bunda. Barangkali Bunda punya solusinya!"

"Baiklah, mari segerakan saja!"

 ***

Ketika memperbincangkan masalah Lani yang mengubur diri sejak pulang dari sekolah dengan sang bunda, bagus meminta izin untuk berpura-pura hendak meminta tolong kepada Lani. Bagus berharap, Lani bersedia membuka pintu sehingga bisa diajak makan dan ngobrol tentang kondisinya. Apakah ada sesuatu kendala yang membuat Lani tidak mau bercerita kepada keluarga tentang permasalahan yang dihadapinya.

Bunda setuju dengan usulan dan inisiatif Bagus karena selama ini Lani tampak dekat dengannya. Jika ada kesulitan, khususnya di bidang pelajaran, Lani biasa datang kepadanya. Karena itulah, ia yakin Lani mau membuka pintu.

"Dik, Dik Lani ...!" suara Bagus menggema di balik pintu.

Melani heran, mengapa Bagus memanggilnya? Ada apa? Karena penasaran, setelah terbangun dari tidur panjang sejak siang, sore, hingga pukul 20.00-an sekitar empat jam lebih, ia pun segera beranjak turun dari ranjang.

"Iya, sebentar!" jawabnya dari dalam kamar.

Segera beberapa orang yang berada di luar kamar mengangguk-angguk dan satu per satu agak menyingkir. Bermaksud memberi kesempatan kepada Bagus untuk berwawancara langsung dengan Melani.
 
*** 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun