Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandika Pagi

16 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 16 Juli 2024   08:17 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Loh ... beneran?"

"Iya! Makanya, kami beberapa pemuda dan sukarelawan siap membantu mencari donatur. Salah satunya, Tante! Hehehe ...!"

Dalam waktu beberapa saat, Bu Tari membolak-balik pikiran dan sampai pada suatu kesimpulan, "Iya, ya! Beberapa tahun lalu Tuhan pernah menyindir kalau wanita itu suka sekali membeli baju sehingga menumpuk. Padahal, tidak terpakai sama sekali! Ya, sudahlah. Memang tidak perlu menumpuk barang dunia yang bisa lapuk dan usang, kan?"

"Alhamdulilah ... terima kasih banyak, Tante. Baju-baju ini masih sangat bagus. Semoga bisa dikenakan oleh siapa pun yang berminat mengikuti pelelangan di tempat yang kami datangi nanti. Atas nama jemaat, kami mengucapkan terima kasih atas bantuan Tante. Jangan segan-segan memanggilku untuk mengambil lagi jika sekiranya masih ada yang layak pakai, ya Tante! Kami pasti akan dengan sukacita menerima persembahan ini!"

Deg! Hatinya terasa cukup tertampar. "Bagaimana bisa disebut persembahan kalau nyatanya hanya berupa baju layak pakai?"

Dengan netra berkaca-kaca ia memohon pengampunan sekaligus berterima kasih karena apa yang dipesankan Allah beberapa saat silam sudah dilunasinya.

"Lega rasanya," batinnya bertutur.

"Tante hari ini ada acarakah?"

"Iya, sebentar lagi aku akan ke Auto 2000 kembali servis karena sepulang servis kemarin mesinnya saat awal aku starter bunyi breketek breketek!"

"Oh, oke deh. Semoga Tuhan memberkati acara Tante dan acara saya dan kawan-kawan. Saya pamit dulu ya, Tante. Sekali lagi terima kasih!"

"Hehe ... kamu itu memang pintar sekali merayu. Aku telah berhasil termakan rayuan gombalmu!" ia terkekeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun