Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan berrcanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gelang Giok (Part 14)

15 Juli 2024   08:53 Diperbarui: 15 Juli 2024   08:56 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Upaya untuk Bangkit (2) 

Namun, karena Suyud sadar bahwa dia tidak sanggup mengelola sendirian, pada akhirnya pengelolaan seluruhnya diserahkan kepada juragan mudanya itu.

Sayang sekali, Paman dan Bibi yang telah bertahun-tahun membantu mengelola kebun kakao tersebut gegara Pandemi Covid dua tahun lalu, keduanya meninggal pada tahun, bahkan bulan yang sama. Konon gegara terlambat penanganan karena keluarganya tinggal di daerah yang tergolong jauh dari rumah sakit, nyawa kedua orang tua tersebut terenggut dengan begitu cepat.

Suatu siang, ketika juragan muda sedang inspeksi ke kebun, Suyud jatuh pingsan di lahan baru sekitar satu kilometer dari rumah. Seorang pegawai tergopoh-gopoh memberitahukan kondisi Suyud kepada juragan muda.

"Segera telepon ambulans!" seru Nu kepada salah seorang karyawan.

"Segera ambil tandu, bawa pulang ke rumah! Segera!" perintah Nu kepada pegawai yang lain.

Ketika ambulans tiba, Suyud segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Juragan muda dengan sang istri menunggui hingga diperoleh vonis dokter yang mengagetkan. Suyud menderita kanker hati!

Diketahui bahwa hati memiliki banyak fungsi penting bagi tubuh, di antaranya membantu proses pencernaan makanan, mengontrol pembekuan darah, serta membersihkan darah dari racun dan zat berbahaya, seperti alkohol. Jika hati terserang kanker, fungsi-fungsi di atas akan terganggu sehingga racun menumpuk di dalam tubuh. Kanker hati juga akan membuat penderitanya rentan mengalami perdarahan.

Beruntung, Suyud masih berada pada stadium awal sehingga pengobatan masih mungkin dilakukan dengan segera. Oleh karena itu, Nu si juragan muda dengan istrinya berupaya sekuat tenaga untuk mengembalikan semangat hidup Suyud sekaligus merawat dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Bukan hanya diupayakan pengobatan secara medis, melainkan juga dengan pengobatan alternatif.

"Ito ... Suyud mohon maaf jika merepotkan," lirihnya saat berada di salah satu ruang perawatan.

"Ssstt, tidak ada seorang pun yang mau sakit, Bro! Jika Allah memberikan rasa sakit, itu pertanda Allah sangat mengasihi kita. Akan ada keajaiban yang tidak bisa kita duga sebelumnya kalau kita menerima kehendak-Nya dengan sabar, tawakal, dan ikhlas!" ujar juragan mudanya itu sambil mengelus punggung tangan yang sedang diinfus.

"Iya, Bro! Dokter juga manusia, yang bisa saja prediksinya salah, 'kan? Nah, jangan bersedih. Justru lawanlah sesakit dengan meningkatkan hormon kegembiraan dan kebahagiaan sebab hormon itulah yang membantu kita memperoleh kesembuhan!" ujar Ayusti yang berada berseberangan dengan suaminya.

"Ya, benar. Kata istri saya benar! Mari kita lawan penyakitmu dengan doa dan upaya. Nanti akan kucarikan obat alternatif baik dari dalam maupun luar negeri. Sudah, kini perbanyak doa dan permohonan ampun saja kepada-Nya. Siapa tahu dengan sakit justru banyak kesempatan untuk bertobat!" lanjut Nu.

Suyud tersenyum, "Benar juga, aku harus berintrospeksi diri. Biarlah kunikmati sebagai masa istirahat dari pekerjaan harianku!" tekadnya.

Pasangan suami istri tersebut dengan sabar dan telaten merawat Suyud yang dianggap sebagai saudara kandungnya itu. Bolak-balik ke rumah sakit pun dilakukan dengan sukacita yang penting demi kesembuhan saudaranya itu. Pelan dan pasti dengan tambahan mengonsumsi obat herbal, kesehatan Suyud makin membaik.

Enam bulan dalam perawatan imunitas tubuhnya dirasakan lebih baik, tetapi masih belum berani beraktivitas dengan maksimal. Suyud masih beristirahat total dan tidak bisa melaksanakan pekerjaan seringan apa pun di rumah. Dia hanya beristirahat, paling banter berjalan-jalan seputar rumah saja. Otomatis  seluruh kegiatan perkebunan ditangani juragan muda dengan istrinya.

Rumah yang merangkap kantor itu hanya dihuni oleh pasangan juragan dan istrinya di kamar utama, sementara Suyud di kamar tamu. Karena itu, mereka tinggal bertiga. Adapun seorang ART yang datang pagi dan pulang sore, siap melayani mereka di bidang masak-memasak, bebersih, dan merapikan rumah.

Jika Nu berada di lapangan, memeriksa perkebunan dan mengurus pengelolaan penjualan kakao, istrinya sebagai sekretaris yang membukukan dan mengarsipkan segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perkebunan mereka. Sementara, Suyud yang sebelum jatuh sakit menjadi tangan kanan juragan muda, tidak bisa melakukan tugas sama sekali.

"Eda, maafkan saya jika saya hanya membebani saja!" keluhnya sambil mendekati Yusti yang sedang merekap data.

"Bro, jangan khawatir. Kami berdua tidak pernah merasa terbebani. Sakitmu ini merupakan ujian kenaikan tingkat bagi kita bertiga! Ingat, ujian itu bisa berupa apa saja. Kalau kami berdua terusir dari keluarga hingga harus terpisah seperti ini, Mas pun diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mencicipi ujian dengan cara lain! Kalau Mas sudah membantu kami dalam pelarian, izinkanlah kami berdua juga membantumu untuk bisa segera sehat kembali!" kata-kata ini sangat menyentuh hati Suyud hingga air matanya berlelehan tanpa suara.

"Di dunia ini saudara bisa menjadi musuh, sebaliknya orang lain bisa menjadi saudara! Nah, kita sudah melihat dengan jelas bahwa keluarga Mas Nu seperti itu. Kita tahu ada banyak orang jahat di sekeliling kita. Nah, akankah kita memilih menjadi jahat seperti mereka? Hidup itu pilihan! Kita bisa memilih menjadikan orang lain sebagai saudara dan tidak berbuat jahat, bukan?" ulas Ayusti yang membuat hati Suyud sedikit lega.

"Tidak salah saya memilih menjadi abdi setia bagi Tuan berdua! Ternyata dugaan saya selama ini benar! Tuan berdua adalah orang-orang baik yang patut saya acungi jempol dan saya jadikan anutan dalam hidup ini!" binar bena nayanika Suyud tergambar nyata.

"Jangan anggap saya, kami, adalah tuanmu, Bro. Di hadapan Tuhan kita ini sederajat! Kalau kali ini kami berdua yang diberi kesempatan untuk menemani dan merawatmu, suatu saat Mas pun akan diberi kesempatan oleh Tuhan untuk membalas meskipun bukan untuk kami. Percayalah, kita bakal menuai apa yang kita tabur. Jika menabur kebaikan, Tuhan akan memberi kesempatan panen kebaikan!"

"Terima kasih, Eda. Walaupun terlahir tanpa saudara kandung, saya tahu, Ito dan Eda ditakdirkan menjadi saudara saya meskipun bukan saudara sedarah!"

"Benar sekali. Bayangkan saja. Saya yang berasal dari Sumatra dan sebatang kara, dijodohkan oleh Tuhan dengan Mas Nu, kini sedang dilatih berjauhan dengan Una dan Uni, tetapi didekatkan denganmu. Apakah ini tidak luar biasa? Menurutku sih ... ini skenario hebat yang sedang dirancang oleh Allah!"

"Benar sekali!"

"Bertemu denganmu, memperoleh kesempatan melakukan pelarian bersamamu di tempat yang sudah dipersiapkan ini, di sini, apakah ini bukan rencana indah-Nya juga?" lanjut Ayusti dengan air mata yang mulai meleleh.

"Benar, Saudaraku!" jawab Suyud sambil memberanikan diri memegang tangan Ayusti sebagai upaya penguatan.

"Nah, mari kita nikmati rencana indah Tuhan ini bersama-sama. Saya berjanji tidak akan rewel lagi sebagai pasien!" lirih Suyud.

"Terima kasih atas obat alternatif yang telah diberikan kepada saya, baik terapi okra, temu kunyit putih, maupun herbal rebus dari obat tradisional Cina. Entah mana yang berkontribusi, menurut saya semuanya bagus. Buktinya, kini kesehatan saya sudah lebih prima."

Yuk, Akak pembaca budiman, beri semangat buat penulis agar tidak bosan mengunggah lanjutannya agar novel yang telah terbit ini bisa dinikmati banyak orang. Terima kasih atas apresiasinya. Tuhan memberkati selalu, amin 

to be continued 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun