Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gelang Giok (Part 13)

14 Juli 2024   20:05 Diperbarui: 14 Juli 2024   20:28 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Mulai Merangkak Bangkit 

Bertemu belum genap sehari sudah membuat Nu dan istrinya jatuh hati kepada kedua orang tua tersebut.

"Kalau boleh usul dan memohon, berkenanlah membersamai kami dahulu. Jangan keburu meninggalkan kami sebelum kami bisa berdiri tegak!" pinta Nu sambil menangkupkan kedua belah tangan.

"Kami masih sangat membutuhkan bimbingan lahir batin dari Paman," lanjutnya.

"Emm ... saya akan memberikan waktu paling lama tiga bulan! Kalian sudah harus bisa berdiri tegak!"

"Baiklah. Saya siap, Paman! Bekerja sama dengan Mas Suyud pasti akan berdampak positif. Begitu kan, Mas?" Nu menyanggupi dengan tegas sambil menoleh ke arah saudara barunya itu.

"Siap, Ito!" jawab Suyud pun tak kalah tegas. "Terima kasih atas bantuan Ito!"

"Lega rasanya melihat kalian ... tenaga muda yang bisa kami andalkan untuk masa depan kebun cokelat warisan Mbah Buyut ini. Biarlah Simbah di alam sana tersenyum bahagia melihat keterlibatan kalian mengembangkan asset yang sudah diawali kerja keras para leluhur ini."

"Iya Paman. Kebetulan Ito Nugro ini insinyur pertanian yang pernah bekerja di kebun kelapa sawit. Begitu, kan Ito?" tengok Suyud ke arah Nu.

"Iya, dua belas tahun saya berkutat dengan kelapa sawit hingga menemukan belahan jiwa," senyum pun mengembang di bibir Nu melirik istrinya.

"Nah, syukurlah. Pas banget pengaturan Allah yang mempertemukan kalian berdua sebagai ... harapan saya ... pionir di kebun cokelat kita ini, amin," sambut Paman bangga.

"Iya, saya pernah membaca kata mutiara demikian, 'Setiap pengalaman dalam hidup diatur untuk mengajarimu sesuatu yang perlu kamu ketahui untuk maju.' Memang quote ini dikemukakan oleh Brian Tracy, tetapi sangat relevan dengan kehidupan kita. Saya yakin, lika-liku perjalanan hidup keluarga kami yang tercerai-berai hingga menemukan Paman dan Bibi di sini adalah pembelajaran agar kami dan kita makin maju!"  kata Nu sambil menerawang.

Suyud pun terbeban untuk menceritakan sekilas perjalanan hidup majikannya itu agar paman dan bibinya sekadar tahu alasan mengapa mereka sampai melarikan diri seperti sekarang. Malam itu, mereka berlima mendiskusikan dengan serius bagaimana menyiasati agar ke depan semuanya dalam kondisi sehat walafiat. Terutama dari segi psikis. Paman dan bibi tahu betul bagaimana perasaan pasangan muda yang masih berusia 30-an tersebut harus terpisah dengan keluarga besar. Kedua orang tua yang belum diketahui keberadaannya, juga kedua putra-putrinya yang masih remaja yang harus terpisah dengannya.

"Saya tahu, Allah sedang bekerja. Merenda dan merajut sedemikian rupa sehingga suatu saat pasti akan menjadi lebih baik!" celetuk Bibi tetiba.

"Terima kasih, Paman, Bibi atas penguatan dan penghiburan yang disalurkan kepada kami berdua!" ujar Ayusti yang sedari tadi hanya menyimak saja.

"Indah pada waktu-Nya!" sambut Paman seraya manggut-manggut.

***

Mulai Merangkak Bangkit

Perlahan tetapi pasti, sesuai dengan bidang perkebunan dan pertanian yang dikuasainya, Nu mengelola kebun milik keluarga Suyud dengan sepenuh hati. Sebulan pertama, Paman dan Bibi dengan sungguh-sungguh memberikan seluruh ilmunya kepada ketiga orang yang dianggap telah dikirimkan Tuhan itu untuk menggantikan tugas mereka.

Mulai hari pertama hingga sebulan, baik Nu, Suyud, maupun Yusti menjadi murid asuhan Paman dan Bibi. Mereka berlima rajin menyambangi kebun kakao, mempelajari seluk beluk cara pemeliharaan tanaman, pemanenan, hingga pengolahan buah.

Tanaman kakao yang mempunyai nama latin Theobroma cacao L berasal dari Amerika Serikat. Biji buah kakao digunakan sebagai bahan olahan cokelat yang banyak digemari orang. Kondisi geografis Indonesia sangat cocok untuk budi daya tanaman kakao. Maka dari itu, banyak petani yang membudidayakan tanaman kakao. Tidak heran jika Indonesia adalah penghasil kakao terbesar ketiga di dunia dengan kontribusi sebesar 13% dari kebutuhan dunia.    

Karena tanaman sudah dewasa, mereka tinggal melakukan pemeliharaan saja. Agar tanaman kakao tumbuh dengan baik maka harus dilakukan pemeliharaan tanaman. Ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:

Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore). Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal menggunakan pupuk urea TSP dan KCl. Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman. Pemupukan pertama dilakukan saat berumur dua bulan sejak masa tanam. 

Pemupukan selanjutnya dilakukan setiap 4 bulan.
Penyiangan dilakukan secara teratur dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kakao. Pemangkasan pertama dilakukan dengan cara memangkas pucuk tunas saat tanaman berumur 4-6 bulan. Setelah itu lakukan pemangkasan cabang lateral saat tanaman berumur 7-9 bulan. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan sanitasi lahan. Selain itu, dapat juga menggunakan pestisida dan fungisida.

Dalam hal pemanenan yang perlu ditehaui sebagai berikut. Buah kakao dapat dipanen setela berumur 5-6 bulan sejak mulai berbunga. 

Ciri buah kakao yang bisa dipanen adalah berwarna kuning atau merah. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik dengan gunting buah pada bagian tangkai buah dan sisakan 1/3 bagian tangkai buah pada pohon.

Tumbuhan kakao adalah salah satu jenis tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan penyakit, jadi perlu perhatian khusus untuk merawat tanaman ini. Jika ada tanaman yang sudah terserang penyakit sebaiknya langsung dibakar. Hal itu karena dikhawatirkan akan merambah ke tanaman yang lainnya juga.

Perlu juga digunakan pestisida untuk mencegah penyakit, sedangkan untuk hama seperti ulat kilan, ulat jaran, kutu dan ngengat bisa dilakukan insektisida, dan untuk jamur bisa dilakukan fungisida.

Dalam budi daya tanaman kakao ini memang membutuhkan kesabaran dan ketekunan ekstra. Selain waktu yang dibutuhkan dari pembibitan hingga panen sedikit lebih lama, perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao harus diperhatikan lebih agar panen buah kakao dapat maksimal. Selanjutnya, biji kakao disetor ke pabrik yang ada di desa itu sejak lama sebelum mereka hadir di desa itu.

"Wahhh, saya sangat bersyukur dipertemukan dengan Ito dan Eda yang berlatar belakang insinyur, khususnya bidang pertanian dan perkebunan. Seandainya tidak demikian, saya pasti tidak akan tahu dan telaten mengelola perkebunan ini!" seru Suyud.

"Ya, begitulah pengaturan bijak Allah kepada umat-Nya, Yud. Yang penting kita harus makin mendekat kepada-Nya. Pasti jalan hidup kita akan ditata sesuai skenario indah-Nya!"  sambut Paman.

"Iya, saya tidak menyangka sama sekali. Hidup ini mengalir dan diatur sedemikian rupa!" lanjut Suyud masih terheran-heran.

***

Genap lima mereka mengelola kebun kakao peninggalan orang tua Suyud. Seperti halnya Paman dan Bibi yang sejak tahun kedua telah pulang ke rumah putri tunggalnya di Blambangan, Juragan muda dan Suyud mengembangkan hasil keuntungan panen dengan berinvasi menambah jumlah lahan kakao. Bahkan, mereka mengembangkan pembibitan sendiri sehingga tidak perlu membeli bibit lagi. Dengan demikian lahan mereka bertambah-tambah saja.

Atas usulan Suyud, lahan baru yang dibeli dan dibuka setelah mereka pindah, diatasnamakan juragan muda, sementara lahan lama tetap menggunakan  nama Suyud sebagai pemilik tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun