"Bagaimana menurutmu cara halus itu?" tanya Bantal.
"Begini ... katakan saja begini ...."
"Begina begini ... bagaimana?" Guling mulai kesal.
"Maaf, Saudara ... di sini sedang tidak ada tamu. Jadi, tidak ada makanan buatmu. Maka, ... kamu bisa segera meninggalkan tempat ini!" lanjut Selimut bijak.
"Hmmm ... namanya juga sedang kesal! Maklumi aja!" jawab Guling.
"Sama-sama mengusir, tetapi kalau kalimat tertata akan lebih enak didengar! Lagian .... Emosi itu harus dikendalikan, Kawan! Sebab kalau tidak bisa stroke! Belajarlah tidak mengumbar emosi agar terhindar dari malapetaka yang lebih besar!"
"Hmmm ...."
"Iya, juga sih! Katanya sabar itu subur!" jawab Bantal mengangguk-angguk.
"Ya, sudah! Jadikan pembelajaran! Jangan mudah meledak-ledak lagi!" Selimut mengakhiri pembicaraan sambil menangkupkan dirinya kembali.
 "Iya ... iya! Terima  kasih sudah mengingatkan!" sambut Guling.
"Hmm ... kamu yang ikhlas dong, Gul! Jangan sambil cemberut begitu kalau diingatkan!"