"Iya, nanti kalau sudah sampai daratan kita cari minuman hangat dulu ya, Mas," usul Ami.
"Baik. Kalau ada makanan yang hangat juga lebih baik!"
Setelah menginjakkan kaki di Pulau Dewata, Adi segera mencari tahu di mana bisa menemukan rumah makan yang paling dekat. Setelah bertanya ke sana kemari, diperolehlah alamat depot yang direkomendasikan sopir bus dan truck dari Jawa yang sering ke Bali.
***
Tadi saat sampai di Pelabuhan Ketapang, waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi. Antrean panjang dan berhasil mendarat di Pelabuhan Gilimanuk sekitar 09.00.
Kini karena sudah pukul 10.00 dan perjalanan masih kurang sekitar empat jam lagi, mesin kendaraan yang sudah digunakan beberapa jam pun perlu diistirahatkan. Sebenarnya masih bisa melanjutkan perjalanan, tetapi Adi merasa lumayan tubuhnya lelah dan butuh istirahat nyaman di kasur. Kemarin malam tidur dengan posisi duduk di mobil membuat tidak nyaman.
Mereka segera mencari home stay agar segera beristirahat. Kali ini pilihan terpaksa di rumah tinggal sederhana mengingat keduanya juga belum sah sebagai suami istri. 'Surat nikah' tetap menjadi kendala, bukan? Pantas juragan muda berpesan agar mereka segera melangsungkan pernikahan bagaimanapun caranya.
Mereka tidak memilih dua kamar, tetapi satu kamar besar sehingga aman bagi anak-anak. Bagaimanapun tanggung jawab sangat besar berada di pundaknya. Dengan demikian Adi memilih tidur beramai-ramai di dalam satu kamar. Bukankah jika berduaan bisa saja berbahaya?
"Papa capek banget. Bagaimana kalau kita sehari semalam di sini? Besok baru kita lanjutkan perjalanan. Setuju?"
"Iya, iya ... enggak apa-apa. Yang penting Papa bisa istirahat. Toh kita enggak dikejar waktu ya ... hehe!" seru Una.
"Emang ada yang salah, ya Mas. Kok kita dikejar-kejar oleh waktu?" tanya Uni serius, tetapi justru menjadi lucu. Apalagi mimik wajahnya juga sangat bloon.