Hari ketiga, kakak mengajakku berpetualang ke daerah sepi. Diarahkannya mobil ke pedesaan tempat kakak menarik angsuran costumernya. Ketika jalan sepi, disuruhnya aku yang mengemudikan mobil. Kakak tetap menjadi instrukturku yang hebat. Demikianlah cutinya digunakannya untuk mengajariku mengendarai mobil.
Setelah cukup yakin, dimintanya aku menyetir ke daeraah dengan jarak tempuh 30 km dengan daerah jalan berliku. Ternyata, bersyukur, aku bisa melakukannya dengan lumayan baik. Meskipun belum memiliki SIM aku sudah dianggapnya layak mengemudikan kendaraannya. Jadi, ketika ada acara ke mana-mana dan aku sedang tidak sibuk, kakak pun mengajakku untuk menggantikan mengemudikan kendaraannya. Di sisi lain, aku pun giat menabung karena ternyata aku juga berkeinginan untuk memiliki kendaraan pribadi.
Ketika diberi kesempatan untuk memiliki mobil pribadi dengan sistem kredit, aku sudah bisa mengendarainya. Walaupun dengan model mobil jauh berbeda. Saat belajar menggunakan sedan Starlet milik kakakku ada moncongnya, tetapi saat memiliki mobil sendiri model Carreta yang tanpa moncong. Butuh penyesuaian juga.
Agar memiliki SIM dengan lebih mudah, aku terpaksa ikut kursus menyetir walaupun kenyataannya sudah bisa melakukannya. Berlatih hanya sepuluh kali masing-masing satu jam. Awalnya ditawarkan gonta-ganti mobil, namun ternyata hingga sepuluh kali tetap hanya satu mobil. Dan rupanya akulah siswa terakhir karena setelah itu yayasannya itu sudah tutup, sudah tidak ada murid lagi. Ya, sudahlah. Yang penting aku beroleh SIM melalui lembaga tertentu.
Untunglah saat itu masih model manual belum matic seperti sekarang. Sebab ternyata ketika tiga tahun lalu aku lupa tidak memperpanjang SIM, aku harus ikut ujian ulang menggunakan mobil manual juga. Aku pun sudah  beberapa kali berganti mobil, mulai dari Carretta, Carry, Starlet, Honda Jazz, dan terakhir Yaris. Dan tidak terasa ternyata itu sudah bertahun-tahun berlalu. Kini hanya sebagai sebuah kenangan.
Bukan pamer, melainkan bila kita menginginkan sesuatu kemudian kita berdoa dengan sungguh- sungguh dibarengi dengan berikhtiar sekuat tenaga, kita pasti akan memperolehnya. Kita tahu, Tuhan Yang Mahabaik mengetahui seberapa kuat tekat kita untuk mencapai suatu keinginan. Jika hasrat itu bernilai positif, pasti akan didengar dan dikabulkan-Nya.
to be continued