Mobil disuruh mematikan dahulu. Lalu katanya, "Coba raba dengan kaki kirimu. Itu pedal yang paling kiri untuk kopling. Yang tengah untuk rem, sedang yang paling kanan pedal untuk gas. Pedal kiri dan tuas ini sepaket!" katanya sambil menunjukkan tuas presneleng. Kopling gunanya untuk pindah gigi. Ini gigi netral pas di tengah-tengah!" katanya sambil menunjukkan alat-alat yang disebut. "Jika tuas persneleng ini diarahkan ke depan agak serong kiri masuk ke gigi satu, ke belakang gigi dua. Ke depan agak serong ke kanan gigi tiga, nanti ke belakang gigi empat, dan seterusnya. Setiap perpindahan gigi, syaratnya kaki kiri harus menginjak pedal kopling dulu, baru tangan memindahkan tuas kopling ini!" sambil tetap menunjuk-nunjuk.
"Jika mau mundur atau mundur, pedal kopling kaki kiri itu diinjak, lalu pedal gas juga diinjak. Pedal kopling dilepas pelan, dan pedal gas ditambah pelan berbarengan, maka mobil akan berjalan. Bisa maju, bisa juga mundur, sesuai dengan kondisi tuas persneleng yang kauarahkan. Jika mau maju arahkan ke gigi satu, berarti ke depan kiri. Jika mau mundur arahkan tuas ini ke belakang!"
"Nah, saat mobil berjalan maju, jika mau pindah dari gigi satu ke gigi dua atau dari dua ke gigi tiga, pedal di kaki kirimu itu harus ditekan dulu, baru tuas persneleng yang di tangan ini dikedepankan. Pedal kopling dilepas pelan seiring pedal gas diinjak. Masuk gigi satu, jika pedal gas di kaki kananmu kautekan, mobil pun akan berjalan. Nah, mari kita coba gigi satu dulu!"
Sambil gemetaran, aku pun mencoba apa-apa yang diinstruksikannya.
"Oh, iya ... sebentar. Jangan dinyalakan dulu, ya. Gini. Coba rasakan, enak enggak dudukmu. Ini bisa digeser begini, spion ditata begini, sampai bisa kaulihat di bagian belakang kendaraan. Spion kiri kanan juga bisa diestel dari sini," katanya sambil menunjukkan secara praktis bagaimana menyetel dan menggeser tempat duduk, menyetel spion depan, kanan, dan kiri.
"Bagaimana? Sudah pas?" tanyanya dan aku mengangguk.
"Ini kursinya terlalu rendah!" kataku. Lalu kakak menambahkan bantal kursi yang siap di jok belakang.
"Sudah enakan?" tanyanya. Sebenarnya aku belum bisa melihat karena terhalang oleh moncong mobilnya. Lalu kakak mengatakan bahwa nanti akan terbiasa juga. Yang penting estimasi jarak dengan mobil di depannya katanya.
Disuruh mencoba menyalakan mesin mobil dengan memutar kunci kontak. Bisa kulakukan. Lalu dimintanya kaki kiriku menginjak pedal paling kiri, tanganku harus mengarahkan tuas ke gigi satu, dan kemudian pelan-pelan melepasnya pedal paling kiri seiring dengan kaki kanan menginjak pedal gas paling kanan.
"Injak gas pelan-pelan saja, jangan terlalu kencang!" kata kakak. Dan aku mampu melakukannya. Hari itu aku berhasil mengemudikan kendaraan meskipun masih berjalan lurus dengan gigi satu. "Ok, besok lagi! Sekarang kita makan bakso dulu!"kata kakakku sambil mencolek hidungku seperti kebiasaannya.
Hari kedua latihanku sudah mulai lancar. Hari kedua sudah bukan maju mundur lagi, melainkan sudah berbelok memutari jalan seputaran perumahan sepi itu. Setelah lancar, aku diminta mundur belok seolah mau memarkir mobil ke dalam rumah. Begitu seterusnya sampai dirasa cukup.