"Alasannya?"
"Lintang memilih basket, tetapi karena kuota penuh dimasukkan ke paskibra. Â Padahal, Lintang nggak suka bidang itu! Selain karena dilatih dengan sistem disiplin militer yang kaku, Lintang memang nggak suka baris-berbaris!"
"Sudah gitu ... semua teman kayak sengaja menjauhiku. Tak ada yang mau menjawab sapaan atau pertanyaanku. Mereka pura-pura nggak dengar dan langsung menjauh! Sakit, Bun!" lanjutnya.
"Oh, ... baiklah! Kita tunggu kenaikan kelas untuk pindah sekolah!"
***
Merasa bersalah karena kurang peka terhadap penderitaan  buah hati, aku  berinisiatif hadir ke sekolah berusaha menemui wali kelas hendak melaporkan kebenaran kondisinya .
 Saat  itulah, petugas BK memanggil Lintang sekaligus melakukan konfirmasi.  Di hadapan orang tua, wali kelas, dan petugas BK terkuaklah alasan mengapa sang putra tidak kerasan.
Saat pertemuan bersama wali kelas dan petugas BP di sekolah, aku siap mendampingi Lintang. Ketika diberi kesempatan untuk mengungkapkan permasalahan, kugenggam tangannya agar ia lebih tenang.
Para petugas dari pihak sekolah menyimak hati-hati.
"Lalu, bagaimana perlakuan teman-temanmu?" korek petugas BK.
"Saya tidak memiliki teman. Saya merasa dikucilkan, dijauhi, dan dibenci. Bahkan, kadang dibicarakan baik bisik-bisik maupun terang-terangan! Katanya saya cuma benalu dan pecundang!"