Agar segera diketahui akar masalahnya, pihak sekolah meminta diagendakan secepatnya pertemuan bersama Lintang. Dengan demikian akan didengar sendiri secara langsung, apa masalah yang dihadapi.
Mendengar Lintang sering 'sakit Sabtu' -- disebut begitu karena selalu izin sakit ketika hari Sabtu -- segera kukondisikan untuk berbincang ria dengannya. Dari hati ke hati. Maka kuajaklah sekadar refreshing, jalan-jalan kuliner ria ke luar kota.
***
"Sebenarnya, awalnya hanya perkara pemilihan ekstrakurikuler, tetapi berkembang sedemikian rumit. Â Sayangnya, Lintang nggak pernah berani berterus terang kepada Bunda. Juga tidak berani melapor ke pihak sekolah."
"Oh, gitu."
 "Anehnya, setiap Sabtu, secara spontan rasa malas  itu datang. Kadang kepala menjadi pusing luar biasa. Kadang perut mendadak sakit hingga diare. Ada rasa takut, malu, malas berpadu begitu rupa membuat badan Lintang terasa sakit semua!" lanjutnya.
Lintang tidak mencari-cari alasan agar tidak  hadir di sekolah, tetapi memang raganya pun menolak untuk pergi ke sekolah. Jadi, baik secara fisik maupun psikis! Seribu satu alasan dikemukakannya. Kasihan sekali perjakaku ini!
Dalam hati aku ingin mengajak ke psikolog agar membantu menenangkan hati dan mengatasi masalahnya. Karena itu, diam-diam aku mencari psikolog yang berkenan membantu menangani.
***
Aku terhenyak. Tanpa kusadari, sebenarnya ia memang menghindari aktivitas ekstrakurikuler yang tidak disukai. Ketika kuelus kepalanya, segera dibenamkan ke pangkuanku. Â
Tetiba pecahlah tangis perjaka tampanku, "Maaf, Bun! Lintang sudah tidak tahan bersekolah di sana!"