Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cara Elegan Membayar Dendam

29 Juni 2024   10:13 Diperbarui: 29 Juni 2024   11:25 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar segera diketahui akar masalahnya, pihak sekolah meminta diagendakan secepatnya pertemuan bersama Lintang. Dengan demikian akan didengar sendiri secara langsung, apa masalah yang dihadapi.

Mendengar Lintang sering 'sakit Sabtu' -- disebut begitu karena selalu izin sakit ketika hari Sabtu -- segera kukondisikan untuk berbincang ria dengannya. Dari hati ke hati. Maka kuajaklah sekadar refreshing, jalan-jalan kuliner ria ke luar kota.

***

"Sebenarnya, awalnya hanya perkara pemilihan ekstrakurikuler, tetapi berkembang sedemikian rumit.  Sayangnya, Lintang nggak pernah berani berterus terang kepada Bunda. Juga tidak berani melapor ke pihak sekolah."

"Oh, gitu."

 "Anehnya, setiap Sabtu, secara spontan rasa malas  itu datang. Kadang kepala menjadi pusing luar biasa. Kadang perut mendadak sakit hingga diare. Ada rasa takut, malu, malas berpadu begitu rupa membuat badan Lintang terasa sakit semua!" lanjutnya.

Lintang tidak mencari-cari alasan agar tidak  hadir di sekolah, tetapi memang raganya pun menolak untuk pergi ke sekolah. Jadi, baik secara fisik maupun psikis! Seribu satu alasan dikemukakannya. Kasihan sekali perjakaku ini!

Dalam hati aku ingin mengajak ke psikolog agar membantu menenangkan hati dan mengatasi masalahnya. Karena itu, diam-diam aku mencari psikolog yang berkenan membantu menangani.

***

Aku terhenyak. Tanpa kusadari, sebenarnya ia memang menghindari aktivitas ekstrakurikuler yang tidak disukai. Ketika kuelus kepalanya, segera dibenamkan ke pangkuanku.  

Tetiba pecahlah tangis perjaka tampanku, "Maaf, Bun! Lintang sudah tidak tahan bersekolah di sana!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun