Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Transfer Kasih Sayang

27 Juni 2024   09:54 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anu, Mbak!"  

Langsung saja aku memotong ucapannya, "Bilang saja, jangan segan. Semakin cepat cerita, semakin cepat teratasi permasalahanmu, Dik!"

"Mirna harus membayar uang ujian praktik tata boga!" lirihnya.

"Oh ... berapa? Mbak akan bantu, Dik! Nah, tersenyumlah, jangan kuatir!"

Lalu, adikku menyebutkan sejumlah uang. Kukatakan bahwa uangnya ada, tetapi harus menunggu sepulangku bekerja. Mata adikku berbinar. Dipeluknya pinggangku dengan mesra dan kubalas dengan mengelus rambutnya.

"Yang penting, Adik harus berupaya agar lulus dengan baik. Mbak senang jika nilaimu tidak mengecewakan!"

Mirna hanya mengangguk. Sejak saat itu, kusisihkan secara khusus sebagian dari gajiku agar adikku bisa mencukupi keperluan sekolahnya. Beruntung, nilainya lumayan bagus dan sebenarnya bisa masuk sekolah favorit. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga kami tidak memungkinkan, kami harus berpikir dua kali untuk memasukkannya bersekolah di SMA.

Kini, ternyata adikku sudah bisa menyisihkan uang lelahnya sendiri dan tidak memerlukan bantuanku. Ini sungguh luar biasa. Mirna, adikku, sudah mulai mandiri. Semoga ke depan dia semakin memahami bahwa hidup itu harus berjuang. Ya, berjuang sejak remaja, agar kelak terbiasa dengan perjuangan itu sendiri. Bukankah kesempatan sukses harus dihadapi dengan perjuangan? Bukankah tantangan pun harus dihadapi dengan perjuangan?

Kami, yang sedari kecil sudah diajari beriman tetap mengimani dua hal ini. Yang pertama bahwa, "Harapan kita itu seperti jangkar yang tertanam sangat dalam dan merupakan pegangan yang kuat dan aman bagi hidup kita. Harapan itu menembus gorden Ruang Mahasuci di Rumah Tuhan di surga".

Selanjutnya yang kedua, kita harus memperjuangkannya sebab ada tertulis begini, "Itulah sebabnya kita berjuang dan bekerja keras, sebab kita berharap sepenuhnya kepada Allah yang hidup; Ialah Penyelamat semua orang, terutama sekali orang-orang yang percaya!"

Nah, maka kita harus tetap berharap masa depan akan lebih baik dengan bekerja keras mengupayakannya. Covid boleh melanda, tetapi harapan akan perbaikan nasib, tak akan pernah sirna. Ya, kita harus yakin, harapan masih ada. Hari esok akan lebih baik lagi. Asal kita percaya dan mempercayakan hidup kita, pasti Allah yang Maha Perkasa berkenan menolong kita, membantu kita untuk memperbaiki nasib.

Malang, Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun