Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menanti Hujan

27 Juni 2024   08:03 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanti Hujan

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu


Hari yang sangat cerah tetiba berubah. Mendung abu-abu yang berserak dengan cepat terbawa angin menjadi gumpalan hitam. Sinar matahari tak tampak lagi. Hal ini membuat satwa yang tadi hendak ke taman mengurungkan niatn.

Ada seekor kumbang yang siap-siap mengisap madu bunga. Akan tetapi, karena mendung, ia bersembunyi di balik rimbun daun yang cukup lebar untuk bernaung. Ada juga beberapa ekor semut yang sedang berbaris mencari makanan manis. Mereka berbelok ke arah liang di pohon besar agar terhindar dari hujan yang sebentar akan tiba.

Seekor katak hijau sedang melompat ke sana kemari sambil berteriak girang.

"Hai, Kawan ... marilah kemari! Sebentar lagi hujan akan tiba. Mari kita menari dan berdansa!" serunya sambil memutar-mutar badan dengan jenaka.

"Hai ... semut-semut imut! Ayo, sini ... bersamaku menari. Kita menjemput hujan yang sebentar datang!" ajaknya riang.

"Maaf, kami akan segera meliang ke sarang! Tidak baik berada di luar sarang. Cuaca tidak mendukung aktivitas kami. Maafkan kami, Kawan!" ujar salah seekor semut pekerja.

"Wuaaahh! Rugi amat! Hujan itu berkah, Kawan! Menari di bawah hujan itu luar biasa sensasinya!" serunya bangga.

"Maaf, duhai Katak yang baik! Kami tidak bersahabat dengan hujan! Lebih baik segera sembunyi. Kami pamit, ya!"

"Waah, waaahh .... kasihan sekali kalian, Kawan! Tak pernah menikmati rintik dan rinai!" pongahnya.

Sampailah si katak di dekat kolam. Dilihatnya beberapa ekor ikan lalu disapanya ramah.

"Wahai para ikan yang jelita! Selamat, ya! Sebentar lagi kita akan menikmati guyuran hujan! Nah, dengar tuh ... guruh dan guntur mulai terdengar!" serunya bangga.

"Hah? Apa peduli kami dengan hujan? Kan setiap saat kami sudah berada di dalam air. Jadi, apa kaupikir kami bisa menikmati guyuran air hujan? Pandailah sedikit! Musim hujan atau panas, apa bedanya buat kami? Sama saja, tahu!" seru seekor ikan paling besar dari bawah permukaan air sambil mulutnya menganga.

"Woaaahhh! Sedih benar nasibmu, Kawan! Kalian hanya bisa hidup di dalam air! Padahal, di sini ... di daratan ini panorama indah sekali. Ada aneka warna bunga yang sangat harum, ada berbagai buah lezat dengan bentuk indah. Hmmm, kasihan sekali!" sambil menggeleng-geleng si katak berkoar.

Lalu, tetiba terbanglah seekor burung love bird sedang mencari tempat bernaung. Ia harus meneduh agar tidak basah saat hujan nanti.

"Hai, burung cantik! Sedang apa kamu di situ?" sapa si katak.

"Aku hendak berteduh, Kawan! Kayaknya hari hampir hujan!"

"Laaahh, kenapa harus berteduh segala? Bukankah hujan sangat nikmat mengguyur tubuh kita?" ujarnya.

"Ya, ya ... bagimu memang demikian, tetapi tidak buatku!"

"Hmmm, ... ternyata, akulah yang paling bahagia menyambut hujan! Horeee ....!" serunya bangga.

Keseruan aktivitas katak hari itu sungguh sangat menyenangkan hatinya. Hari berganti dan sampailah pergantian musim. Kini musim penghujan sudah berakhir. Musim pancaroba telah tiba. Masing-masing hewan melakukan aktivitasnya. Namun, ketika musim panas membara, katak yang sangat suka hujan berkeluh kesah.

"Aduuuhh, panas sekali! Mana air hampir tak ada lagi!" lirihnya.

Kumbang dengan senang hati mencari madu bunga. Semut berbondong-bondong mencari bahan makanan. Kawanan burung love bird pun sangat bergembira mencari makanannya. Namun, katak bersusah hati.

"Mari kita bersenang-senang, Kawan!" ajak kumbang kepada si katak.

Akan tetapi, katak diam saja tidak merespons ajakan kumbang. Sebentar kemudian, rombongan semut melintas di dekatnya sambil berseru-seru juga.

"Hai, Kawan. Mari singsingkan lengan untuk menabung makanan! Jangan malas, mari segera beraktivitas!" ajak beberapa ekor semut bersahutan menyemangati katak.

Namun, sekali lagi. Katak tidak merespons, bahkan cenderung kesal mendengar ajakan para semut itu.

Sepasang burung love bird pun sedang berkasih mesra di dekatnya.

"Huuhhh! Mereka seolah mengejekku ketika kepanasan begini!" batinnya.

"Kamu ngapain termenung dan terdiam begitu?" tanya seekor kupu-kupu cantik.

"Aku jengkel! Aku menunggu hujan! Tubuhku kepanasan kalau tanpa hujan!"

"Yaa, yang sabar saja! Setiap makhluk punya keistimewaan masing-masing, kok. Kamu yang sabar, ya!"

"Sok tahu, kamu!" katak makin uring-uringan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun