Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anyelir (Part 10)

26 Juni 2024   18:38 Diperbarui: 26 Juni 2024   19:15 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Candaan Diana

"Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai menorehkan luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya." - Joko Pinurbo.

Seperti biasa beberapa hari Jalu tidak menampakkan batang hidungnya. Hari ini Anye bertemu Diana di jalan menuju ruang kuliah fakultas ekonomi.

"Hai, Nyonya Jalu Amukti!" teriak Diana berlarian mendekati Anye.

"Hai, juga!"

Anye sedikit heran mengapa Diana memanggilnya Nyonya Jalu Amukti begitu. Jangan-jangan Jalu menceritakan aktivitas kebersamaannya? Ah, mana mungkin lelaki ember, ya?

"Selamat yaaa ... kudoakan selamat hingga pelaminan nanti!" seru Diana ceria. 

Ada nada iri terselip di antara kata dan rasa yang diungkap Diana.

"Ouh, kamu tahu ...?" selidik Anye keheranan.

"Yaa, aku tahu. Apa lagi dengan tanda-tanda kedewasaan itu! Tak apa, Anye, di situlah seninya bercinta. Semua juga paham, kok! Kan kita sudah dewasa!" Diana menaikturunkan alisnya dengan lucu.

Anye menjadi salah tingkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun